Aku hidup sendirian, dengan cara yang jauh lebih sederhana daripada ketika masih bersama orang tuaku. Sebagian besar gajiku habis untuk makan sehari-hari dan membeli pakaian. Sewaktu masih tinggal bersama keluarga, aku tidak begitu peduli dengan pakaian, sehingga tak banyak membelinya. Kini, setelah bekerja, aku memerlukan pakaian-pakaian yang sesuai. Selain itu, aku juga mulai menata masa depan: aku sekolah lagi, kursus bahasa Inggris. Setiap akhir bulan, hanya sedikit yang bisa kusisakan untuk menambah tabungan. Paviliun tempat tinggalku tertata apik. Ada satu kamar tidur, dapur kecil, kamar mandi dan ruang tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian pada bulan-bulan pertama. Tetapi entah kenapa, aku menyukai kesendirian itu. Terlebih lagi, baru kali ini aku merasa mengurus diriku sendiri, setelah sejak lahir diurus orang lain. Bahkan semasa remaja sampai menikah pun hidupku selalu diintervensi orang lain. Kini aku bebas, dan ternyata melegakan! Kehidupan seks-ku kini muncul kembali, setelah lama tak tersentuh. Aku tidak mempunyai teman khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan seks kupenuhi secara mandiri. Betul-betul lengkap rasanya kesendirianku, tak ada suami pemberi nafkah, tak ada laki-laki pemuas dahaga birahi. Semuanya kujalankan sendiri saja. Jika birahiku datang, pada saat sendirian menonton televisi, aku akan menutup semua korden. Volume TV kubesarkan, lampu kumatikan. Duduk di sofa, kuangkat kedua kakiku, bersandar santai ke jok yang empuk. Di dalam rumah, aku tak pernah memakai pakaian dalam, dan daster longgar adalah satu-satunya pembalut tubuhku. Dengan kaki terkangkang dan mata setengah terpejam, aku menikmati tangan dan jariku sendiri. Aku biasanya mulai dengan mengelus-elus daerah sekitar kewanitaanku yang terasa hangat. Telapak tanganku dengan ringan menekan-nekan bagian atas, tempat bulu-bulu halus yang menghitam lebat. Pada saat seperti itu, kedua tanganku aktif di bawah sana. Yang satu mengusap-usap bagian atas, yang lain meraba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan menyentuh-nyentuh bagian dalam yang cepat sekali menjadi basah. Dengan pangkal ibu jari, kutekan-tekan pula klitoris-ku, yang selalu tersembunyi di balik kulit kenyal. Aku sering mendesis nikmat setiap kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan akibat perlakuan tanganku. Dengan cepat, rasa hangat menyebar ke seluruh tubuhku, dan cairan-cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke liang kewanitaanku. Mataku akan terpejam, menikmati kegelian itu. Kadang-kadang aku membayangkan almarhum kekasihku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit rasanya. Aku lebih mudah membayangkan sembarang pria, atau bintang film pujaanku, atau sama sekali seorang yang tak pernah kutemui. Seseorang yang hanya ada dalam khayalanku. Tak berapa lama, bibir kewanitaanku terasa menebal, dan saling menguak seperti bunga yang merekah. Dengan jari tengah dari tangan yang lain, kutelusuri celah-celah kewanitaanku. Aku tidak pernah memelihara kuku hingga panjang, karena selain menghalangiku mengetik dengan cepat, juga karena aku malas merawatnya. Tanpa kuku, jari tengahku dapat leluasa menimbulkan geli dan gatal di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati lubang pelepasanku, lalu naik lagi, melewati liang senggamaku yang mulai berdenyut-denyut lemah, melewati lubang air seni, terus.. naik lebih tinggi, bertemu telapak tanganku yang lain yang masih mengusap-usap klitoris-ku. Oh.. betapa nikmat permainan yang perlahan-lahan dan sepenuhnya dalam kendaliku ini. Terkadang jauh lebih nikmat daripada dilakukan orang lain! Lama-lama, aku tak tahan lagi. Sekaligus dua jari kumasukkan ke dalam liang kewanitaanku. Aku memutar-mutar kedua jari itu di dalam, agar dinding-dinding kewanitaanku mendapat sentuhan-sentuhan. Mula-mula sentuhan itu cukup ringan saja. Tetapi lalu aku mulai mengerang, karena geli-gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan rasanya ingin digaruk dan diurut di bawah sana. Terutama di dinding bagian atas, tempat sebuah bagian yang sangat sensitif, entah bagian apa namanya. Bagian itu membuat tubuhku mengejang jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengahku menuju, mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama semakin cepat dan keras. Aku bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat posisi dudukku semakin terkangkang. Pada saat seperti itu, tak ada yang bisa menghentikanku. Kalau telpon berdering, aku biarkan. Kalau pun ada yang mengetuk pintu, barangkali juga akan kudiamkan (tetapi belum pernah ada tamu pada saat seperti ini!). Mungkin gempa bumi pun tak kan mampu mengehentikanku. Tanganku bergerak dengan cepat dan keras. Mataku terpejam erat, mulutku tak berhenti mengerang, karena itu aku perlu mengeraskan volume televisi. Lalu klimaks akan datang dengan cepat, menyerbu seluruh tubuhku, berawal dari dalam liang kewanitaanku, tempat kedua jariku (kadang-kadang tiga jari) mengaduk-aduk. Tanganku yang lain tak lagi sanggup berada di atas klitoris, karena pada saat klimaks aku perlu berpegangan ke sofa, kalau tidak ingin jatuh bergelimpangan ke lantai. Klimaksku selalu menggelora, selalu membuatku mengejang dan menggelinjang hebat. Kedua kakiku akhirnya terhempas ke lantai, menegang dan menekan seperti hendak melompat. Tubuhku berguncang. Nafasku memburu. Kenikmatanku tak mudah tergambarkan kata-kata. Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal dan geli belum hilang. Maka biasanya aku langsung mematikan TV dan pergi ke kamar tidur. Di ranjang, aku melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dengan bantuan bantal guling. Kujepit erat bantal guling yang terbungkus kain halus dan licin. Kugesek-gesekan kewanitaanku di sana, sehingga seringkali bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya. Setelah menggesek-gesek dengan bantal guling, kembali kumasukkan jari-jari tanganku. Dengan cepat jari-jari itu membawaku mencapai klimaks yang berikutnya, yang seringkali lebih nikmat daripada yang pertama, apalagi karena kulakukan sambil tidur, dengan kedua kaki terangkat sampai kedua lutut menyentuh payudaraku. Barulah kemudian aku tertidur dengan rasa letih yang nyaman. Otot-otot tubuhku terasa bagai sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu dipijat seorang yang ahli. Nyaman dan damai sekali tidurku, dengan senyum kepuasan membayang tipis di bibirku. Biasanya aku baru terbangun di pagi hari. Sendirian. Tanpa siapa pun di sisiku. TAMAT
Nafsuku Adalah Milikku
Posted by Unknown on 11.55 with No comments
Aku hidup sendirian, dengan cara yang jauh lebih sederhana daripada ketika masih bersama orang tuaku. Sebagian besar gajiku habis untuk makan sehari-hari dan membeli pakaian. Sewaktu masih tinggal bersama keluarga, aku tidak begitu peduli dengan pakaian, sehingga tak banyak membelinya. Kini, setelah bekerja, aku memerlukan pakaian-pakaian yang sesuai. Selain itu, aku juga mulai menata masa depan: aku sekolah lagi, kursus bahasa Inggris. Setiap akhir bulan, hanya sedikit yang bisa kusisakan untuk menambah tabungan. Paviliun tempat tinggalku tertata apik. Ada satu kamar tidur, dapur kecil, kamar mandi dan ruang tamu. Sepi sekali rasanya hidup sendirian pada bulan-bulan pertama. Tetapi entah kenapa, aku menyukai kesendirian itu. Terlebih lagi, baru kali ini aku merasa mengurus diriku sendiri, setelah sejak lahir diurus orang lain. Bahkan semasa remaja sampai menikah pun hidupku selalu diintervensi orang lain. Kini aku bebas, dan ternyata melegakan! Kehidupan seks-ku kini muncul kembali, setelah lama tak tersentuh. Aku tidak mempunyai teman khusus pria, dan perlahan-lahan kebutuhan seks kupenuhi secara mandiri. Betul-betul lengkap rasanya kesendirianku, tak ada suami pemberi nafkah, tak ada laki-laki pemuas dahaga birahi. Semuanya kujalankan sendiri saja. Jika birahiku datang, pada saat sendirian menonton televisi, aku akan menutup semua korden. Volume TV kubesarkan, lampu kumatikan. Duduk di sofa, kuangkat kedua kakiku, bersandar santai ke jok yang empuk. Di dalam rumah, aku tak pernah memakai pakaian dalam, dan daster longgar adalah satu-satunya pembalut tubuhku. Dengan kaki terkangkang dan mata setengah terpejam, aku menikmati tangan dan jariku sendiri. Aku biasanya mulai dengan mengelus-elus daerah sekitar kewanitaanku yang terasa hangat. Telapak tanganku dengan ringan menekan-nekan bagian atas, tempat bulu-bulu halus yang menghitam lebat. Pada saat seperti itu, kedua tanganku aktif di bawah sana. Yang satu mengusap-usap bagian atas, yang lain meraba bibir-bibirnya, menguak sedikit dan menyentuh-nyentuh bagian dalam yang cepat sekali menjadi basah. Dengan pangkal ibu jari, kutekan-tekan pula klitoris-ku, yang selalu tersembunyi di balik kulit kenyal. Aku sering mendesis nikmat setiap kali klitoris itu seperti tergelincir ke kiri ke kanan akibat perlakuan tanganku. Dengan cepat, rasa hangat menyebar ke seluruh tubuhku, dan cairan-cairan cinta terasa merayap ke bawah, ke liang kewanitaanku. Mataku akan terpejam, menikmati kegelian itu. Kadang-kadang aku membayangkan almarhum kekasihku, tetapi akhir-akhir ini semakin sulit rasanya. Aku lebih mudah membayangkan sembarang pria, atau bintang film pujaanku, atau sama sekali seorang yang tak pernah kutemui. Seseorang yang hanya ada dalam khayalanku. Tak berapa lama, bibir kewanitaanku terasa menebal, dan saling menguak seperti bunga yang merekah. Dengan jari tengah dari tangan yang lain, kutelusuri celah-celah kewanitaanku. Aku tidak pernah memelihara kuku hingga panjang, karena selain menghalangiku mengetik dengan cepat, juga karena aku malas merawatnya. Tanpa kuku, jari tengahku dapat leluasa menimbulkan geli dan gatal di bawah sana. Turun ke bawah, sampai mendekati lubang pelepasanku, lalu naik lagi, melewati liang senggamaku yang mulai berdenyut-denyut lemah, melewati lubang air seni, terus.. naik lebih tinggi, bertemu telapak tanganku yang lain yang masih mengusap-usap klitoris-ku. Oh.. betapa nikmat permainan yang perlahan-lahan dan sepenuhnya dalam kendaliku ini. Terkadang jauh lebih nikmat daripada dilakukan orang lain! Lama-lama, aku tak tahan lagi. Sekaligus dua jari kumasukkan ke dalam liang kewanitaanku. Aku memutar-mutar kedua jari itu di dalam, agar dinding-dinding kewanitaanku mendapat sentuhan-sentuhan. Mula-mula sentuhan itu cukup ringan saja. Tetapi lalu aku mulai mengerang, karena geli-gatal semakin memenuhi seluruh tubuhku, dan rasanya ingin digaruk dan diurut di bawah sana. Terutama di dinding bagian atas, tempat sebuah bagian yang sangat sensitif, entah bagian apa namanya. Bagian itu membuat tubuhku mengejang jika tersentuh jari. Ke sanalah jari tengahku menuju, mengurut-urut dan menekan-nekan. Semakin lama semakin cepat dan keras. Aku bahkan sampai merasa perlu mengangkat pinggulku, membuat posisi dudukku semakin terkangkang. Pada saat seperti itu, tak ada yang bisa menghentikanku. Kalau telpon berdering, aku biarkan. Kalau pun ada yang mengetuk pintu, barangkali juga akan kudiamkan (tetapi belum pernah ada tamu pada saat seperti ini!). Mungkin gempa bumi pun tak kan mampu mengehentikanku. Tanganku bergerak dengan cepat dan keras. Mataku terpejam erat, mulutku tak berhenti mengerang, karena itu aku perlu mengeraskan volume televisi. Lalu klimaks akan datang dengan cepat, menyerbu seluruh tubuhku, berawal dari dalam liang kewanitaanku, tempat kedua jariku (kadang-kadang tiga jari) mengaduk-aduk. Tanganku yang lain tak lagi sanggup berada di atas klitoris, karena pada saat klimaks aku perlu berpegangan ke sofa, kalau tidak ingin jatuh bergelimpangan ke lantai. Klimaksku selalu menggelora, selalu membuatku mengejang dan menggelinjang hebat. Kedua kakiku akhirnya terhempas ke lantai, menegang dan menekan seperti hendak melompat. Tubuhku berguncang. Nafasku memburu. Kenikmatanku tak mudah tergambarkan kata-kata. Lalu timbul perasaan nyaman, tetapi gatal dan geli belum hilang. Maka biasanya aku langsung mematikan TV dan pergi ke kamar tidur. Di ranjang, aku melanjutkan lagi kegiatan itu, kali ini dengan bantuan bantal guling. Kujepit erat bantal guling yang terbungkus kain halus dan licin. Kugesek-gesekan kewanitaanku di sana, sehingga seringkali bungkus bantal harus kucuci keesokan paginya. Setelah menggesek-gesek dengan bantal guling, kembali kumasukkan jari-jari tanganku. Dengan cepat jari-jari itu membawaku mencapai klimaks yang berikutnya, yang seringkali lebih nikmat daripada yang pertama, apalagi karena kulakukan sambil tidur, dengan kedua kaki terangkat sampai kedua lutut menyentuh payudaraku. Barulah kemudian aku tertidur dengan rasa letih yang nyaman. Otot-otot tubuhku terasa bagai sehabis dipijat. Seperti sehabis berolahraga, lalu dipijat seorang yang ahli. Nyaman dan damai sekali tidurku, dengan senyum kepuasan membayang tipis di bibirku. Biasanya aku baru terbangun di pagi hari. Sendirian. Tanpa siapa pun di sisiku. TAMAT
Kenikmatan Tiada Tara Ketika Kemaluanmu Dan Kemaluanku Bertemu
Posted by Unknown on 12.25 with No comments
selamat membaca.
Untuk membentuk agar bulu kemaluanku tumbuh dengan rapih, suatu hari timbul niat isengku untuk mencukur total. Kusiapkan alat-alat dahulu sebelum kumulai aksinya. Mulai dari gunting, kaca cermin, lampu duduk, dan koran bekas untuk alas agar bekas cukuran tidak berantakan kemana-mana.
Kupasang cermin seukuran buku tulis tepat di depan kemaluanku untuk melihat bagian bawah yang tidak terlihat secara langsung. Tidak lupa pula kunyalakan lampu duduk di antara selangkanganku. Kumulai pelan-pelan, kugerakkan pisau cukur dari atas ke bawah.
Baru mulai aku menggoreskan pisau cukur itu, aku dengar suara langkah masuk ke kamarku, segera aku lihat bayangan di kaca buffet, tidak jelas benar, tapi aku bisa menebaknya bahwa dia adalah si Eni, kemenakan dari ibu kost.
Aku bingung juga, mau membereskan perangkat ini terlalu repot, tidak sempat. Memang aku melakukan kesalahan fatal, aku lupa mengunci pintu depan ketika kumulai kegiatan ini. Akhirnya dalam hitungan detik muncul juga wajah si Eni ke dalam kamarku. Dalam waktu yang singkat itu, aku sempat meraih celana dalamku untuk menutupi kemaluanku. Sambil meringis berbasa-basi sekenanya.
“He.. he.. ada apa En..?” sapaku gelagapan.
“Eh, Mas Adi lagi ngapain..?” kata Eni yang nampaknya juga sedang menyembunyikan kegugupannya.
Si Eni memang akrab dengan saya, dia sering minta bimbingan dalam hal pelajaran di sekolahnya. Khususnya pada mata pelajaran matematika yang memang menjadi kegemaranku. Eni sendiri masih sekolah di SMU. Berkata jorok memang sering kami saling lakukan tetapi hanya sebatas bicara saja. Apalagi Eni juga menanggapinya, dengan perkataan yang tidak kalah joroknya. Tapi hanya sebatas itulah.
Kembali pada adegan tadi, dimana aku tengah kehabisan akal menanggapi kehadirannya yang memergokiku sedang mencukur bulu kemaluan. Akhirnya kubuka juga kekakuan ini.
“Enggak apa-apa En, biasa.. kegiatan rutin.”
“Apaan sih..?”
“Eni sudah berusia 17 tahun belum..?”
“Emangnya kenapa kalau udah..?” kata Eni masih berdiri dengan canggung sambil terus menatapku dengan serius.
“Gini En, aku khan lagi nyukur ini nih, aku minta tolong kamu bantuin aku. Soalnya di bagian ini susah nyukur sendiri..” kataku sambil kuulurkan pisau cukur padanya.
“Mas Adi, ih..!” tapi ia terima juga pisau cukurnya, sambil duduk di dekatku.
Aku angkat celana yang tadi hanya kututupkan di atas kemaluanku.
“Eni tutup dulu pintunya yach Mas..?”
Dia menutup pintu depan dan pintu kamar. Sebenarnya masih ada pintu belakang yang langsung menuju ke dapur rumah induk. Namun pada jam segini aku yakin bahwa tidak ada orang di dalam. Selesai Eni menutup pintu, dia agak kaget melihat kemaluanku terbuka, sambil menutup mulutnya ia meminta agar aku menutupnya.
“Tutup itunya dong..!” katanya dengan manja.
Aku katupkan kedua pahaku, batang kemaluanku aku selipkan di antaranya, sehingga tidak terlihat dari atas, sedangkan bulunya terlihat dengan jelas.
“Nah begini khan nggak terlihat..” kataku, dan Eni nampaknya setuju juga.
Eni ragu-ragu untuk melakukannya, namun segera aku yakinkan.
“Nggak apa-apa En, kamu khan sudah 17 tahun, berarti sudah bukan anak-anak lagi, lagian khan cuman bulu, kamu juga punya khan, udah nggak apa-apa. Nanti kalau aku sakit, aku bilang deh..”
“Bukannya apa-apa, aku geli hi.. hi..” sambil cekikikan.
Dengan super hati-hati dia gerakkan juga pisau cukur mulai menghabisi bulu-bulu kemaluanku. Karena terlalu hati-hatinya maka ia harus melakukannya dengan berulang-ulang untuk satu bagian saja.
Sentuhan-sentuhan kecil tangannya di pahaku mulai menimbulkan getaran yang tidak bisa kusembunyikan. Dan ini membuat kemaluanku semakin tegang, tidak hanya itu, hal ini juga menyebabkan siksaan tersendiri. Dengan posisi tegang dan tercepit di antara pahaku menjadikan kemaluanku semakin pegal. Sampai akhirnya tidak bisa kutahan, kukendorkan jepitan kedua pahaku, sehingga dengan cepat meluncurlah sebuah tongkat panjang dan keras mengacung ke atas menyentuh tangan Eni yang masih sibuk mempermainkan pisau cukurnya.
Begitu tersentuh tangannya oleh benda kenyal panas kemaluanku, dia kaget dan hampir berteriak.
“Oh, apa ini Mas..? Kok dilepas..?” katanya gugup ketika menyadari bahwa batang kemaluanku lepas dari jepitan dan mengarah ke atas.
“Iya En. Habis nggak tahan. Nggak apa-apa deh, dihadapan cewek harus kelihatan lebih gagah gitu..”
“Mas Adi sengaja ya..?”
“Suer.., ini cuma normal.”
Eni masih memperhatikan kemaluanku yang sudah besar dan kencang dengan wajah yang sulit digambarkan. Antara takut dan ingin tahu. Lalu dia raih kain yang ada di dekatku untuk menutupinya.
“Kenapa ditutup En..?”
“Aku takut, abis punya Mas Adi besar banget.”"Emangnya Eni belum pernah melihat kemaluan laki-laki..?” tanya saya.
Eni diam saja, tapi digelengkan kepalanya dengan lemah.
“Ayo deh diteruskan,” bisikku.
Kali ini Eni menjadi super hati-hati mencukurnya. Mungkin takut tersentuh kemaluanku. Sedangkan aku sangat ingin tersentuh olehnya. Tapi aku khawatir dia semakin takut saja. Akhirnya kubiarkan saja dia menyelesaikan tugasnya dengan caranya sendiri.
Akhirnya harapanku sebagian terkabul juga. Ketika Eni mulai mencukur bulu bagian samping kemaluanku, mau tidak mau dia harus menyingkirkan kemaluanku.
“Maaf ya Mas..!” dengan tangan kirinya ia mendorong kemaluanku yang masih tertutup kain bagian atasnya ke arah kiri, sehingga bagian kanannya agak leluasa. Untuk lebih membuka areal ini, aku rebahkan tubuhku dan kubentangkan sebelah kakiku.
Eni dengan sabar memainkan pisau cukurnya membersihkan bulu-bulu yang menempel di sekitar kemaluanku, nafasnya mulai memburu, dan kutebak saja bahwa dia juga sedang horny. Walaupun masih dengan ragu-ragu dia tetap memegang kemaluanku. Didorong ke kiri, ke kanan, ke atas dan ke bawah. Aku hanya merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanpa kusadari kain penutup kepala kemaluanku sudah tersingkap, dan ini nampaknya dibiarkan saja oleh Eni, yang sekali-kali melirik juga ke arah kepala kemaluanku yang mulus dan besar itu.
Lama-kalamaan, Eni semakin terbiasa dengan benda menakjubkan itu. Dengan berani, akhirnya dia singkapkan kain yang menutup sebagian kemaluanku itu. Dengan terbuka begitu, maka dengan lebih leluasa dia dapat menyantap pemandangan yang jarang terjadi ini. Aku diam saja, karena aku sangat menyukainya serta bangga mendapat kesempatkan untuk mempertontonkan batang kemaluanku yang lumayan besar.
“Udah bersih Mas..”
Kulihat kamaluanku sudah pelontos, gundul. Wah, jelek juga tanpa bulu, pikirku.
“Di bawah bijinya udah belum En..?” aku pura-pura tidak tahu bahwa di daerah itu jarang ada bulu.
Lalu dengan hati-hati ia sigkapkan kedua bijiku ke atas. Uh, rasanya enak sekali.
“Udah bersih juga Mas..” ia mengulanginya.
Katanya datar saja. Menandakan bahwa hatinya sedang ada kecamuk. Aku tarik lengannya, dan dengan sengaja kusenggol payudaranya, dan kukecup keningnya.
“Terima kasih ya En..!”
Tanpa kusadari, sejak dia memberanikan diri mencukur bulu kemaluanku tadi, buah dadanya yang berukuran sedang terus menempel pada dengkulku. Begitu kukecup keningnya, dia diam saja, mematung sambil menundukkan mukanya. Lalu kuangkat dagunya dan kucium bibirnya, kupeluk sepuas-puasnya. Keremas paudaranya dan nafasnya makin memburu. Aku raih kemaluannya tapi dia diam saja, kuselipnkan satu jarinya dari sela-sela celana dalamnya. Wah, ternyata sudah basah bukan main. Namun Eni segera terkejut, dan melepaskan diri dariku. Disun pipiku, dan dia segera lari ke rumah induk lewat pintu belakang.
Aku benar-benar puas, kupandangi tampang kemaluan gundulku yang masih tegak.
“Suatu saat nanti engkau akan mendapat bagiannya..” kataku dalam hati.
Sejak peristiwa itu, kami memang tidak pernah bertemu dua mata dalam suasana yang sepi. Selalu saja ada orang lain yang hilir mudik di kamarku. Sampai akhirnya liburan datang dan kami semua masing-masing pulang kampung untuk beberapa waktu. Liburan sekolah sudah selesai, Eni sudah datang lagi setelah berlibur ke rumah orang tuanya di Tabanan, Bali. Begitu juga aku yang datang sebelum masa kuliahku dimulai.
Waktu itu hujan deras. Eni masih berada di kamarku (suasananya sepi karena tidak ada orang sama sekali, termasuk di rumah induk) untuk minta bimbingan atas pelajarannya. Begitu selesai, Eni menyandarkan tubuhnya ke dadaku sambil berkata.
“Mas, itunya sudah tumbuh lagi belum..? Hi.. hi..” sambilnya ketawa cekikikan.
“Oh, itu..? Lihat aja sendiri.” sambil kupelorotkan celana pendekku sampai lepas, dan kemaluanku yang masih lunglai menggantung.
“Mas Adi ih, ngawur..” katanya.
Tapi walaupun demikian, ia santap juga pemandangan itu sambil menyibakkan sebagian T-Shirt-ku yang menutupi daerah itu. Bulu-bulu yang sudah rapih memenuhi lagi sekitar kemaluanku, segera terlihat dengan jelas.
“Nah, begitu khan lebih oke..” katanya.
“Aku kapok En, nggak mau nyukur plontos lagi.”
“Kenapa Mas..?”
“Waktu mau numbuh. Bulunya tajam-tajam dan itu menusuk batangku.”
“Habis Mas Adi sukanya macem-macem sih..!” sambil terus memandang kemaluanku yang masih tergantung lunglai, “Mas, kok itunya lemes sih..?”
“Iya En, sebentar juga gede, asal diusap-usap biar seneng.”
“Ah Mas Adi sih senengnya enak terus.”
Walaupun berkata seperti itu, mau juga Eni mulai memegang kemaluanku dan digerak-gerakkan ke kanan dan ke kiri. Membuat batang kemaluanku semakin besar, keras dan mengacung ke atas. Eni makin menyandarkan kepalanya ke dadaku. Dan langsung saja saya peluk dia, sedemikian rupa hingga payudaranya tesentuh tangan kiriku.
Rupanya Eni tidak pakai BH, sehingga kekenyalan payudaranya langsung terasa olehku. Kupermainkan payudaranya, aku pencet, menjadikan Eni terdiam seribu bahasa tetapi nafasnya semakin cepat. Demikian pula Eni dengan hati-hati memainkan kemaluanku, masih terus dibolak-balik, ke kanan dan ke kiri.
Aku cium bibir Eni, dan dia menanggapinya dengan tidak kalah agresifnya. Barangkali inilah suatu yang ditungu-tunggu. Aku lepas blouse-nya, dan payudaranya yang masih kencang dan mulus dengan putingnya yang kecil berwarna coklat muda segera terpampang dengan jelas. Karena tidak tahan, aku langsung menciuminya. Hal ini menjadikan Eni semakin menggeliatkan tubuhnya, tandanya dia merasa nikmat. Aku ikuti dia ketika dia mambaringkan tubuhnya di tempat tidur. Aku hisap-hisap puting payudaranya, sementara rok dan celananya kupelorotkan. Eni setuju saja, hal ini ditunjukkan dengan diangkatnya pantat untuk memudahkanku melepaskan pakaian yang tersisa.
Begitu pakaian bagian bawah terlepas, segera tersembul bukit mungil di antara selangkangannya, rambutnya masih jarang, nyaris tidak kelihatan. Sekilas hanya terlihat lipatan kecil di bagian bawahnya. Pemandangan ini sungguh membuat nafsuku semakin memuncak. Begitu kuraba bagian itu, terasa lembut. Makin dalam lagi barulah terasa bahwa dia sudah banyak berair. Eni masih merem-melek, tangannya tidak mau lepas dari kemaluanku. Begitu pula ketika kulepas pakaianku. Tangan Eni tidak mau lepas dari alat vitalku yang semakin keras saja.
Begitu aku sudah dalam keadaan bugil, aku kembali mempermainkan kemaluannya, ketika jari tengahku mau memasuki vaginanya yang sudah banjir itu. Pinggulnya digoyangkannya tanda mengelak, aku hampir putus asa.
Tetapi kudengar suara manjanya, “Jangan pakai tangan Mas. Pakai itu saja.” sambil menarik-narik alat vitalku ke arah vaginanya.
Aku segera mengambil posisi. Tangan lembutnya membimbingnya untuk memasuki arah yang tepat. Kugosok-gosokkan sebentar di bibir vaginanya yang berlendir itu. Rasanya nikmat sekali. Setelah kurasa tepat berada di ambang lubangnya, aku dorong sedikit, agar bisa memasukinya. Tapi nampaknya tidak mau masuk. Aku coba sekali lagi, tidak mau masuk juga.
“Kamu masih perawan En..?” akhirnya aku tanya dia.
Diantara jelita dan wajahnya yang sudah seperti tidak sadar itu, aku lihat kepalanya menggeleng dan itu adalah suatu jawaban.
Usaha menembus lubang kenikmatan itu aku tunda dulu. Operasiku berpindah dengan memagut-magut seluruh tubuhnya. Eni semakin terengah-engah menerima perlakuanku. Erangan-erangan yang terkesan liar semakin membuatku bernafsu. Aku kecup putingnya, perutnya, dan pahanya. Ketika aku mengecup pahanya, sepintas aku lihat vaginanya menganga, semburat warna merah tua yang licin sungguh menarik perhatianku. Jilatanku makin dekat ke arah vaginanya. Begitu lidahku menyentuh bibir kemaluannya, Eni berteriak kelojotan sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Aku semakin bersemangat menjilatinya.
Setelah kurasa jenuh, dan kehabisan variasi menjilati vaginanya. Kembali kuarahkan kemaluanku ke arah barang yang paling dilindungi wanita ini. Kembali tangan Eni membimbing kemaluanku. Setelah tepat di depan gerbang kenikmatan, aku dorong sedikit.
“Bless..”
Kepala kemaluanku bisa masuk sedikit, Eni meringis, tapi terus menekan bokongku. Maksudnya, jelas agar aku masuk lebih banyak lagi. Aku dorong lagi, tetapi lubangya terlalu sempit. Walaupun hanya kepala saja yang masuk, tetapi aku berusaha memaju-mundurkan, agar gesekan yang nekmat itu terasa. Setelah beberapa kali aku memaju-mundurkan, sekali lagi aku dorong lebih dalam lagi. Berhasil..! Kini kemaluanku sudah sepertiga berada di dalamnya.
Aku berusaha sabar, aku gerakkan maju mundur lagi. Setelah beberapa kali, aku mendorong lagi. Begitulah kulakukan berulang-ulang sampai semua kemaluanku tertelan dalam remasan vaginanya. Kudiamkan untuk sesaat di dalam, kurasakan denyutan-denyutan yang sangat nikmat yang membuat seluruh tubuhku mengejang. Kugerakkan lagi bokongku dengan arah maju-mundur. Tanpa kusangka, Eni menjerit sambil mengejang.
“Terus Mas.. terus Mas.. aku sampaaii.. ouh.. ouh..” jeritan itu lumayan keras.
Aku segera tutup mulutnya dengan bibirku. Bersamaan dengan itu, kemaluanku terasa diremas-remas. Ujung kemaluanku seakan menyentuh dinding yang membuatku merasa geli bukan main. Akhirnya aku tidak tahan juga untuk mengeluarkan spermaku ke dalam liang kewanitaannya. Beberapa semprotan agaknya semakin menjadikan Eni semakin liar dan semakin meregangkan tubuhnya. Kami orgasme bersama-sama, dan itu sangat meletihkan. Dan aku tidak ingin cepat-cepat melupakan fantasi yang hebat itu. Kami tertidur untuk beberapa waktu.
Begitu aku bangun, rupanya Eni sudah tidak ada. Yang ada hanyalah secarik kertas menutupi kemaluanku dengan tulisan, “YOU ARE THE GREAT”.
Sejak saat itu, kami selalu melakukannya secara rutin dua minggu sekali, paling lama sebulan sekali. Namun tidak melakukan di rumah tetapi kubawa ke hotel di luar kota secara berganti-ganti yang kemungkinan kecil untuk diketahui oleh orang yang kami kenal. Sampai akhirnya, kami berpisah.
Aku lulus dan diterima kerja di luar kota. Eni kuliah di kota yang jauh sekali dari tempatku berada. Kalau ia membaca tulisan ini, maka ia akan bersyukur karena namanya sudah aku samarkan. Sekedar untuk mengingatkan saja ketika kami begituan, kemaluannya kujuluki TEMBEM. Dan ia menyebut kemaluanku dengan julukan TOLE.
Gadis Madiun
Posted by Unknown on 01.40 with No comments
uakui sejak masih duduk dibangku SMA aku sangat terobsesi dengan sex dan itu semakin menjadi sejak aku kuliah disalah satu universitas swasta yang ada di kota Madiun. Dari awal, aku sudah berniat untuk bertualang… saat itu karena terburu-buru dan banyak tempat kost yang udah penuh akupun asal aja dalam mencari tempat kost…. aku nge-kost diperkampungan yang lumayan jauh dari kampus, tepatnya dirumah Pak YT (inisial) yang merupakan paman dari temanku
Sheila (nama samaran) yang baru aku kenal pagi harinya saat daftar ulang.
Singkat cerita setelah tiga hari masa orientasi selesai, dikampus belum ada kegiatan dan aku putuskan untuk lebih mengenal Madiun. Sheila hampir selalu menemaniku walau gak pernah berangkat bareng dari rumah alias ketemu di jalan walau rumahnya disebelah kostku. Satu minggu berlalu akupun semakin akrab dengan Sheila yang bertubuh bohay, sensual, berkulit putih mulus dan yang pasti berwajah cantik… mantap banget buah dadanya kaya Fivey.
Saat itu aku mengajak Sheila pergi ke Telaga Ngebel, menikmati alam dan buah duriannya. Seminggu aku rasa cukup untuk PDKT dan aku putuskan untuk menembaknya…
film dewasa terbaru bisa di download di xxx.dunhil.org
“Sheil….walau baru kenal, aku nyaman didekatmu dan kalau boleh aku ingin selalu didekatmu untuk lebih mengenalmu….maukah kamu menjadi pacarku???? Tanyaku ungkapkan rasa hati
Sheila sangat terkejut mendengar ucapanku bahkan sampai tersedak durian
“apa…..kamu bercanda kan, kita kan baru kenal?? Jawabnya balik bertanya.
“justru itu…dengan pacarn kita bisa lebih saling mengenal” jawabku coba meyakinkannya.
Wajah Sheila mendadak menunduk dan dengan sedikit menghela nafas dia menjawab “maaf Dith….aku sudah bertunangan…. sambil menunjukan cincin yang ada di jari manisnya.
“ooo…udah tunangan ya? Kok kamu gak pernah cerita?? Aku pikir dengan kamu selalu menemaniku begini….kamu nyaman ama aku” jawabku dengan nada kecewa.
“mungkin kalau kamu kenal aku dari 2 bulan yang lalu, aku bisa menerimamu….sebenarnya hati kecilku juga mengiyakan….kita temenan aja ya? Jawabnya
“maksudmu…sebenarnya kamu mau….
“udah sore, ayo pulang yuk???!!! Ajakanya memotong kata-kataku
Kami pulang dengan tak banyak bicara, bahkan terkesan kaku dan membeku tidak sehangat waktu kami berangkat. Kring….kriiing…kriiing…..Hpku berbunyi, ternyata telpon dari sheila tapi gak aku terima bahkan SMS juga sengaja gak aku bales. Jam sudah menunjukan angka 11 malam, aku berniat ke kamar mandi baru kemudian melanjutkan tidur lagi. Tapi aku sangat terkejut saat mendapati seorang wanita setengah telanjang berada dikamar mandi dengan pintu terbuka. Kami saling menatap tak berkedip, tanpa kusadari ko*tolku bergerak2 dibalik sarungku tanpa CD. Perlahan dia beranjak dari duduknya dan melangkah pergi…
“Maaf…aku takut sendirian, makanya gak aku tutup….kamu Adith kan????
Aku bengong tak menjawab pertanyaanya….dan dia berlalu dengan cepatnya!!!!!
Semaleman aku dibuat penasaran, siapa dia? Pak YT kan duda???? Pertanyaan itu memenuhi kepalaku, ditambah lagi melihat tubuh setengah telanjang dengan wajah santainya….pahanya, bodinya dan memeknya (walau gak jelas).
Keesokan harinya aku di panggil pak YT untuk dikenalkan dengan adik terakhirnya, namanya Vivi tapi dia sudah 7tahun tinggal di Samarinda ikut kakaknya yang pertama.
“ooyaa….kalau gak masuk kuliah, anterin Vivi ke Sarangan ya? Pinta pak YT.
“iya pak… aku langsung mengiyakan permintaanya walau sebenarnya ini hari pertama masuk.
Satu jam kemudian aku dan Vivi berangkat dari rumah,…
“sheil…sheila ayo ikut ke Sarangan…temani aku” teriak Vivi dari dalam mobil.
Akhirnya Sheila ikutan masuk mobil dan kamipun berangkat. “maaf ya Vi….yang semalem, aku gak sengaja…. kataku membuka obrolan.
“iya gak apa, lagian salahku juga gak menutup pintu….jawab Vivi
Agak bingung sheila bertanya “kalian ngomong apasih??
“ahh…itu lho Sheil, dari kecil aku kan takut gelap dan sendirian diruangan jadi aku pipis gak nutup pintu…..gak sengaja Adith juga mau ke toilet…jadi ya,,,,,
“ngintip kamu ya???? Celetuk Sheila memotong
“gak ngintip, tapi emang udah kelihatan kali….tanya aja Adith….jawab Vivi seenaknya.
film dewasa terbaru bisa di download di xxx.dunhil.org
Aku lihat dari kaca wajah Sheila mendadak berubah, seperti ekspresi orang cemburu.
Sesampainya di Sarangan, kondisinya tidak berubah teutama aku dan Sheila, kami gengsi menyapa duluan. Akupun lebih dekat dengan Vivi, bahkan dengan cuek Vivi menyuapin aku makan… wajah Sheila memerah menahan cemburu, aku tahu itu. Aku sengaja semakin bersikap mesra pada Vivi….bahkan terang-terangan mengajak Vivi jalan….
“Vi…ntar malem temani aku ya??? Pintaku
Kemana, berdua aja? Jawab Vivi seperti sengaja membantu aku membakar hati Sheila
“ke Fire Club??? Jawabku agak ragu, karena saat itu aku belum tahu pasti Fire itu Diskotik atau apa…
“asyik tuh, lama banget aku gak pernah gituan…. jawab Vivi
Dan benar saja, malam itu kami minum-minum sampai mabuk…dan pulang dengan berjalan gontai saling berpelukan. Samar2 kulihat ada bayangan Vivi sedang mengamati kami dari balik korden jendela kamarnya. Aku makin erat melingkarkan tangan ke pinggang Vivi dan terus melangkah menuju kamarku….aku udah mabuk, yang ada di otakku hanya tidur bersama Vivi…tanpa berpikir salah benar atau takut ketahuan pak Yt. Sengaja aku nyalakan lampu kamar, agar Sheila bisa melihat bayangan kami dari balik korden. Jujur aku juga sangat heran dengan Vivi yang gampangan dan seperti terbiasa…..
“ah…masa bodoh….yang penting happy….pikirku dengan penuh nafsu….
Aku lingkarkan tanganku di pinggangnya sambil menciumi lehernya, dadanya yang masih terbungkus tangtop dan menggigit2 lehernya…..
AAAAaaaaaaaggggggggghhhhhhhh…..Vivi mendesah panjang
Diapun membalas dengan ciuman bertubi di leherku dengan tangan mengelu-elus perutku….
HHhhmmmmmmmm…..geli banget Vi, enaaaakkkk………bisikku ke telinganya.
Kami saling melucuti pakaian, dari baju hingga celana dan akhirnya kami bugil…. dengan cepat desambarnya ko*tolku dengan tangan kananya dan mulai mengulum, menjilat, menggelitik dan mengocok ko*tolku dengan mulutnya.
Ooohhhh….aaahhhh….uuuhhhhh…..aku mendesah tak tentu menikmati perlakuannya.
Aku juga tak mau kalah, aku remas kedua toketnya dengan kedua tanganku, sambil menghisap putingnya… kami mabuk alkohol dan mabuk birahi. Aku buka jendela kamarku dengan niat agar Sheila lebih jelas melihat kami bergumul melepaskan satu-persatu pakaian kami, hingga tidak tersisa….
film dewasa terbaru bisa di download di xxx.dunhil.org |
“aku karaoke ya? Kata Vivi sambil menyambar ko*tilku dengan kasar, seakan tak sabar menikmatinya. Dan benar saja, ko*tolku diposisikan seperti layaknya mikrofon….sambil dia menyanyikan lagu wajib ML….aaaahhhh…..hheeeemmmmm… emuach…. mmmmmm…. dengan iringan suara becek dari mulutnya. OOOouuuuuuhhhhgggg…nikmat banget Vi, aku tak tahaaannn geliiiiiiiiiiii…..
aku jambak rambut Vivi dan memaksanya untuk berdiri….
kami berciuman, dengan bibir saling menghisap dan lidah memilin….Crub…cruuuubb….. suara sedotan kami mengusik keheningan malam. Aku remas kedua toge Vivi yang keras dan bulat…..Uuuuuuhhhhhh…..desahnya.
aku cium dan gigit lehernya, sambil terus meremas togenya dengan penuh nafsu dan gemes….
terus….emuach….emuaaaaaccchh…..emuaaacccchhh ….menyusuri perutnya….hingga sampai ke vagina Vivi yang sudah becek….aku semakin liar, seakan alkohol dalam tubuhku membakar birahiku….dengan penuh semangat dan tanpa jijik, aku masukan lidahku kedalam Vaginanya, meliuk, menari dan menggelitik klitorisnya….layaknya sebuah tombool sekali sentuh klitoris itu langsung memaksa tubuhnya bergerak mengejang dengan desahan yang semakin hot dan panjang…..aaaaaaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhh…….. ..aaaaaaaaaaaahhhh
dengan dua buah jari aku langsung mengocok Vaginanya dengan cepat….cepaaaattttt…. teruuuuuussssss…..tanpa ampun hingga bibirku tersemprot oleh letupan orgasmenya…..
AAAAaAaaaaahhhh….dia menjepit wajahku dengan kedua pahanya….
Diapun mengambil posisi nungging dan berpegangan dijendela…..
“Dith…masukin aja, aku gak tahan lagi….. iiiiyyyyyyaaaa….aaaahhhhh Vi…..aku masukin” jawabku
ZLEB….ZLEEBB…ZLEEEEBBBBB…..ZLLEEEE….EEEEEB BBBBB……
Aku langsung masukkan semua ko*tolku dengan hentakan keras dan langsung menggoyangnya….seketika itu tubuhnya melomjak-lonjak mengikuti irama goyanganku….
OOOOOOHHHHH…..NNIIIKKMMMMAAAATTTTT…..desahnya sambil memegangi togenya yang bergerak liar seperti bola bowling……..uuuuuhhhh Diiiiiittthhhh….aku keluar lagi…..lagiiiii….mungkin karenaa ko*tolku yang gede menyumpal dan menyentuh penuh dinding Vaginanya dia jadi mudah orgasme….kurasakan semprotanya sampai 8 kali….
Aku angkat sebelah kakinya dan mengoyangnya ladi dan lagi….plak…plakk…plaaaakkkk…. suara pantatnya semakin membuat aku bersemangat…..
Dengan hanya bertumpu dengan satu kaki…tubuhnya semakin bergerak tak tentu….goyah dan payah menyangga besarnya nikmat yang diterima… hingga tubuhnya pun terjatuh ke lantai….
Ampun dith….jangan cepat-cepat…..aku gak kuat…..sambil merangkak….
Tanpa ampun aku menusuk Vaginanya dari belakang ZLEEEEEEEEEEBBBBBBBBBB…..
Aku goyang lagi dan lagi….sambil menjambak rambutnya biar tidak melepaskan ko*tolku dari Vaginanya….. sekitar 10menit kemudian tubuhnya mengejang tanpa kendali….. aaahhhh….aahhhh,…..uuuuhhhh…..oooooooooooohh hhhhh…..jeritanya disertai semprotan orgasme yang ketiga. Aaaaddduuuhhhh….Dith….kok kamu belum keluar juga sih….rengeknya…. “sebentar lagi Vi….kamu aja yang terlalu cepat” jawabku sambil menggendong tubuhnya ke kasur. Aku terlentangkan tubuhnya dan menarik kedua kakinya keatas….kearah dadaku…..ZLEEEBBB….ZLEEEE……EEBBBBBBBBBB…
Aku goyang lagi dan lagi….plak….plak….plaaaaaaaaaaaaaakkkkkkk… …pantatnya tertabrak pahaku. Dengan berpegang pada togenya aku semakin menggenjot goyanganku….
Aaahhhh….aaahhhhh ampuuun dith….d*ncok ko*tolmu Dith….enak banget….aku gak kuat…. cepetan keluarin…. alkoholnya bicara tak tentu….mencoba melepaskan ko*tolku. Aku angkat pantatnya keatas dan memeganginya dengan kuat….hingga hanya menyisakan kepala dan pundaknya di kasur… jepitan pantatnya sangat nikmat….AAAAAaaaahhhh….. sebentar lagi Vi…..aku hampiiiiirrr……CROT….CROOOOTTTT…..CROOOOOTT TTT….. belum selesai aku ngomong, spermaku menyemprot deras kedalam Vaginanya….
Akupun menjatuhkan diri diatas tubuhnya…brruuuughhh…
Aduuu…uuuhhh…… kenapa kamu keluarin didalam??? Aku pengen melumatnya…..
Akupun membalikan badan “tuh masih ada sisanya…..
Vivi dengan ganasnya menjilat dan menyedot sperma yang tumpah ke sprei dan kemudian mengulum ko*tolku sampai-sampai tak ada sedikitpun sperma yang tersisa di ko*tolku.
Uuuuuhhhhh….nikmat baget Vi…hisapan kamu mantap!!! Pujiku sambil membelai rambutnya. “Heeemmmmmmm…..ko*tol kamu juga nikmaaaatttt….tubuhku sampai mengejang tau….nih memekku terasa ngilu….kesemutan gimana gitu….jawabnya. akhirnya kamipun terlelap ….. pagi harinya akupun buru-buru bangun dan siap2 ke kampus, aku lihat Vivi masih tertidur dengan lelap dan aku tak tega membangunkanya.
Siang harinya, Sheila menemuiku di kantin kampus dengan ekspresi wajah cemburu, marah, sebel….pokonya campur aduk dech. “semaleman ML pasti kecapean ya??? Sampai mata merah gitu….Vivi mana, masih kamu umpetin dalam kamar? Tanya Sheila bertubi-tubi, tapi aku diamkan aja tanpa jawaban…. malah gak jawab, kenapa sih harus dengan Vivi??? Emang gak ada cewek lain??? Dia itu cewek gak bener, lihat kan kami sebaya…. tapi Vivi tante aku, aku gak mengakuinya….dia anak haram. Tanpa menjawab akupun meninggalkanya dan menuju parkiran….dan sesuai harapan Sheila mengejar aku dan ikut masuk kedalam mobil. Kenapa ikut??? Tanyaku
“ayo cari tempat yang enak buat ngobrol…. ajaknya Sheila.
Akupun melaju mengikuti jalan yang diarahkan Sheila…..hingga kami sampai ke Dungus. Kami berhenti ditengah hutan….dan mengobrol panjang lebar, hingga….
“Vivi tau banget Kamu Tipe Cowok Impianku Dith, makanya dia ingin merebutmu dariku…. kata Sheila mengejutkan aku.
“maksudmu….. belum selesai bertanya Dia langsung menciumku dengan penuh mesra….
EMUAACH…..
Berikan aku lebih dari apa yang kamu berikan pada Vivi” bisiknya dengan nafas yang mulai tak tentu. Akupun langsung mengajaknya ke kursi belakang dan duduk mengakangi pahanya…. aku cium bibirnya dengan penuh nafsu dan langsung melepaskan satu persatu kancing bajunya yang sudah mulai sesak karena toge yang perlahan membengkak.
“kamu ingin Lebih nikmat kan??? Bisikku sambil melumat daun telinganya.
“heem…. jawabnya singkat
Tapi ada syaratnya Sheil,… terserah aja Dith, dari semalem aku sudah horny banget kamu panas-panasin…..
Akupun mengikat keatas dua tangan Sheila “kok diikat gini, kamu mau apa? Tanya Sheila
“tenang aja…aku akan memberikan kenikmatan yang bebeda….dengan mata tertutup kamu akan mendapatkan Surprise disetiap detiknya….kataku sambil menutup matanya dengan sapu tanganku. Setelah itu akupun melepaskan seluruh baju tanpa sisa…..dan memasukan Cdku ke mulutnya biar dia tidak bersuara keras….. Sheila agak terkejut dan coba berontak….
“maaf Sheil aku Cuma gak mau suaramu terdengar orang” kataku menenangkanya.
Aku langsung mencium dan menghisap lehernya Sheila…..cup…cup…cuppp…emuah
Aku mainkan tubuh Sheila sesuka hatiku, aku gigit lehernya sambil meremas toketnya yang seukuran 36B itu dengan keras….tubuh Sheila mulai berontak menerima kegelian dan kenikmatan tanpa bisa membalasnya…. aku hisap puting coklatnya dengan kuat sambil terus meremas yang sebelahnya…. tanpa sepengetahuanya aku ambil “vibrator” dari dalam laci….
Sesaat kemudian,…. aku nyalakan Vibrator Capsule (VC) dan menempelkanya mengelilingi bibir Vaginanya…seketika itu kedua kakinya bergerak liar coba mengurangi nikmat yang aku beri. Hhmmmmm…..mmmmm….uuummm….eemmmmm….. Sheila hanya bisa bergumam karena mulutnya masih tertutup. Akupun tak henti-hentinya memainkan togenya, menghisapnya dan menggelitiki dengan lidah…. sheila semakin mengerang, tubuhnya mengejang dan keringat yang bercucuran…. aku masukan VC maju mundur kedalam vaginanya….aku kocok-kocok….aku putar-putar….. terus dan teruuuusss….
Tubuh Sheila terlihat mulai melemas, desahanya lirih terdengar…. uuuhhmmmmmm…..mmmm………. akupun kasihan melihatnya dan melepaskan sumpalan dimulutnya….
“AAAAaaaaaagggghhhhh……jahat kamu Dith, kenapa kamu lakuin ini….. kata Sheila dengan nafas terengah-engah. “maaf Yank….tapi dengan begitu nikmatnya utuh kan??? Kataku….
“iyaa….yaaa…tapi seluruh tubuhku seperti terbang Dith….cepat masukin, sekarang juga….. Sheila merengek manja….
Aku arahkan ujung ko*tolku ke arah Vaginanya, menggesek-gesekan ke Vaginanya dan sedikit demi sedikit masuk….masuuukkkk….maju-mundur…..lebih dalam…..dan dalaaammm.
ZLEEEEBBBBB…..aaaaaahhhhhhhhhhhhhhhh……Sheila meendesah panjang seiring tusukan ko*tolku kedalam vaginanya yang sudah sangat amat becek, karena 2 kali nyemprot…..
“Dithh….sssaaaa…..ssaaaakiiiiiiiiiiitttttttttt t….pelan….peelllllaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaannnnn … OOOOOOoouuuuuggggghhhh….. UUUuuuuuhhhhhhhhheeemmmmm…. Desahan panjangnya menjadi tanda ko*tolku telah mengoyak selaput dara Sheila…..
“masa sih…masih perawan???? Aku terkejut dan tak percaya melihat itu, tapi emang kenyataanya begitu….gumamku dalam hati.
Aku semakin menggenjot gerakanku….SLUP….SLUUUPPP….SLUUUUUUPPPP…..
“Dith lepasin tanganku dong….sakit nich… Sheila memohon dengan mata terpejam, menhahan kenikmatan yang menumpuk di Vaginanya…. akhirnya aku melepaskan ikatanya, tangan itupun langsung menjambak rambutku dengan kuat…. “Dith….aku mau nyemprot nich….. kata Sheila.
“tunggu bentar yaaa….kita semprotin bareng-bareng……jawabku sambil mempercepat laju ko*tolku…….
AAAAAAAaaaaaaaahhhhhhhh…….aaaaaaaaaaaaggggghhh hhh….. satu…….duuuaaaaaaa……tiiiii…..gggaaaaaaaa aaaaaa…….CROT….CROOOOOTTTTTT…… kami saling menyemprot dan berpelukan dengan erat…..tubuh kami lemas tanpa daya…..
Setelah beberapa saat mengumpulkan sisa-sisa tenaga yang ada, kami merapikan pakaian kami dan pulang….. kejadian ini menjadi awal yang indah untuk “petualangan-baruku” di Kota Gadis….hampir setiap malam dan sepulang kuliah kami bersama berbagi nikmat dan syahwat. Hingga 2 bulan kemudian, karena Sheila akan dinikahkan dengan pilihan orangtuanya… akupun mundur teratur dan memutuskan untuk pindah kos
Setelah berhasil memikat dan menikmati anak ibu kost, gejolak nafsuku semakin menggebu beriringan dengan meningkatnya ke-PeDe-an dan kenekatanku. Targetku selanjutnya adalah Regina yang biasa dipanggil mbak Gina, orangnya cukup tinggi sekitar 170cm, BH 36B, badan bohay dan kulit putih…perawakanya seperti artis Sarah Azhari dech. Dia berusia 25 tahun serta mempunyai seorang putri bernama Nania yang baru berumur 1tahunan.
Sebenarnya aku ada niat untuk pindah kost ketempat Mbak Gina agar lebih mudah PDKT tapi ternyata khusus tempat kost putri. Tapi aku terus berusaha mencari tahu kebiasaan, kesukaan dan kesempatan yang mungkin bisa aku manfaatkan untuk sekedar mencicipi tubuhnya. Waktu yang aku tunggu akhirnya tiba, saat itu suami Mbak Gina sedang berada diluar kota tepatnya di Lumajang untuk membangun sebuah rumah sakit dan akupun sempat dititipi untuk menjaga atau sekedar membelikan susu anaknya.
“Dith…ikut nitip ya, kalau susunya habis tolong kamu belikan! Pinta Mas Yanto
“iya Mas,…
“jangan sungkan2 ya Mbak, kalau butuh bantuan bilang aja…kita kan bertetangga” sambungku pada Mbak Gina.
Sepeninggal Mas Yanto pergi bekerja, otomatis hanya ada seorang ibu muda dan balita yang ada dirumah maklum tempat kostnya berada diseberang jalan dan kurang dekat walaupun yang ngekost cewek2. Tiga hari berlalu, segala usaha sudah aku coba untuk memancing rasa dan memantik simpatik tapa belum membuahkan hasil. Sempat aku berfikir untuk menyerah karena Mbak Gina sepertinya istri yang setia. Hingga akhirnya pada hari keempat, sekitar pukul 22:30 malam aku terbangun oleh suara tangisan Nania…akupun langsung berlari menuju rumahnya dan mencari tahu kenapa??? Ternyata cuma terbangun karena kegerahan….
“Dik tolong gendong sebentar ya, soalnya kalau ditempat tidur akan semakin kencang tangisanya….aku mau masak air bentar untuk membuat susu….. kata mbak Gina.
“iya Mbak, sini coba aku gendong….. jawabku
Saat aku ulurkan tangan untuk menggendong tiba-tiba sarungku melorot dan jatuh kelantai, spontan aku merasa malu tapi tak bisa berbuat apa-apa karena kedua tanganku sudah menggendong Nania.
“maaf Mbak….bisa pasangkan sarungku gak??? Pintaku dengan malu…….tanpa menjawab Mbak Gina memakaikan sarung kebadanku dari belakang, saat melipat dan menggulung bagian depan tangan Mbak Gina secara tak sengaja menyenggal CDku yang didalamnya ada ko*tol yang tegak lurus berdiri (maklum sebelum tidur ngebayangin yang hot-hot dengan mbak Gina).
Sesaat tanganya berhenti seakan menyadari apa yang disenggolnya kemudian memakaikanya kembali. Kenapa aku malu ya? Ini kan bisa memancing birahinya??? Pikirku dalam hati. Sepuluh menit berlalu mbak Gina datang membawa sebotol susu tapi tak kusangka Nania sudah tidur dipelukanku.
film dewasa terbaru bisa di download di xxx.dunhil.org
“udah tidur mbak….kasihan kalau dibangunkan lagi untuk minum susu, coba aku tidurkan di kasur ya??? Kataku
“ya udah coba aja….trus susunya gimana??? Mbak Gina balik bertanya.
“nanti susunya buat aku aja mbak….Heeeee tapi gak pakai botol ya?!!!” jawabku sambil bercanda sekaligus memancingnya.
“emang susu yang mana?! Mbak gina balik bertanya lagi.
Belum sempat aku menjawab, Nania kembali menangis saat tanganku aku tarik perlahan.
“mbak…kelihatanya aku gak boleh pulang nih ama Nania??? Dikira bapaknya kali ya??? Candaku
“iya kali,….tapi Nia nangis kalau digendong bapaknya??? Jawab mbak Gina
Berulang kali kucoba menjauh dari Nania, tapi anehnya dia tahu kalau aku akan pergi. Akhirnya dengan terpaksa mbak Gina menyuruh aku tidur dikamarnya menemani Nia….
“tolong kamu tidur disini ya??? Biar aku tidur didepan tv aja….tapi nanti waktu pulangnya jangan sampai ketahuan tetangga! Pinta mbak Gina
“iya Mbak….. Horeeee….teriakku dalam hati
Satu jam berlalu, aku terjaga sendirian tak ada Mbak Gina untuk sekedar obat kantuk…. Mbak Gina dimana ya, kok gak ada suaranya???? Tanyaku dalam hati.
Akupun mencari akal, aku tarik tanganku dan menggantinya dengan tangan Winnie The Pooh dan ternyata berhasil. Pelan2 aku langkahkan kakiku, mencari tahu dimana Mbak Gina tidur. Niat awalku hanya untuk sekedar dekat atau mengintip kalau-kalau ada pemandangan cantik. Dua kamar sudah aku periksa dan tidak ada….terlihat lampu kamar mandi menyala tapi kenapa pintunya terbuka??? Tanyaku penuh kebingungan. Aku terus mendekat dan mengendap-endap, hingga aku sangat terkejut melihat Mbak Gina sedang ngewek memeknya dan bersabun ria tengah malam…..
Spontan ko*tolku langsung mengeras dan nafsuku semakin menggebu-gebu melenyapkan batas malu dan ragu. Aku buka sweeter, kaos, sarung dan CDku….kubulatkan tekad dan kuhampiri Mbak Gina yang merem melek ngewek memek….
“aku bantu ya mbak…. kataku sambil memegang dan mengocok-ngocok ko*tolku yang panjang dengan urat dan otot yang kekar menjalar.
“….. mbak gina tak berkata apa2, rasa malu, terkejut, takut dan nafsu bercampur dengan birahi tinggi….
Akupun langsung menyodorkan ko*tolku didepan mbak Gina yang sedang duduk, tepat didepan mulutnya yang berlilau terbias sinar lampu. Mbak Gina ragu, diam membisu seakan terpaku terhipnotis ko*tolku….
“wooooww….kata mbak Gina
Saat mulutnya terbuka aku langsung mengarahkan ko*tolku kemulutnya….aku gesek-gesekan hingga kewajah dan leher…. perlahan tanganya mbak Gina memegang ko*tolku dan mengelusnya…. mengurutnya…. mengocoknya dengan pelan.
OOOOHHHHH…..nikmat banget Mbak…..ayo terus jangan berhenti” kataku dengan nada mendesah.
Mbak Gina sangat pandai blowjob, sampai-sampai membuat kakiku gemetar karena nikmat yang teramat sangat. Sepuluh menit kemudian blowjobnya semakin dahsyat hingga kakiku lemas dibuatnya.
“pindah ke sofa aja ya mbak??? Ajaku padanya
‘iya….ayooo….. jawabnya singkat
Kami berjalan beriring dengan bibir saling berpagut dan berpelukan, seakan tak rela bila ada nikmat yang terlepas walau hanya sedetik saja. Sampai disofa mbak Gina langsung mengambil posisi duduk dengan kaki mengangkang membentuk huruf ‘M”. Aku ciumi sekujur tubuh Mbak Gina, bahkan aku selingi dengan hisapan dan gigitan, dari ciuman di bibir, turun ke leher, menghisap toketnya bergantin dikiri dan kanan sambil tangan kananku membelai-belai je*butnya yang yang tumbuh subu r disekitar memek tembemnya……
Hhmmmm…..aaaahhhhhmmmmm…… Mbak Gina mendesah, tubuhnya bergerak tak menentu. Melihat itu aku semakin bersemangat menggelitik titik-titik G-spotnya terutama disekitar memek tembemnya. Aku jilatin bibir memeknya dan aku kocok-kocok dengan jari telunjukku.
“Aaahhh….Ooooouughh……heemmmmmmmmmmmmmmm” Mbak Gina semakin mendesah liar sambil menjambak rambutku.
“…Dith…..ayo Dith….masukin aja, aku udah gak tahan nih” rengek Mbak Gina memohon
‘iya….Mbak, tahan sedikit ya….. jawabku.
Sebelum aku masukin, ko*tol aku gesek-gesekan bibir vaginanya….
“ayooo…doooong masukin, ggeli bangeeeettt….. kata Mbak Gina memanja sambil menjepit ko*tolku dengan pahanya.
“iyaaa…..mama Gina Cayaaaang…. jawabku
aku masukin ujung ko*tolku sedikit demi sedikit….tarik…..dorong…..pelan-pelan dan terus…
OOOOooouuuuhhhh…..sesak banget Dith, dua kali punya mas Yanto….HHMMmmmmm…..
Setelah berulang kali maju-mundur akhirnya ko*tolku masuk juga, tapi belum sepenuhnya masuk….aku goyang….goyaaanngggg……goyang….terus dan teruuuuuuussss…..
ZLEB….ZLEEEBB……ZLEEEEEE….EEEEEEEEEEBBBBBBB BBBBB……
ooUUUUUhhhh…..nikmaaaattt banget mamaaaa….. bisikku lirih.
Memek mama Gina semakin becek dan banjir, licin dan nikmaaaaatttttttt…..
Oh….ooooouuuggghhh…..Dith aku mau keluar….uuuutan uuuhhhhhhh……aaahhhhhhh……
Kurasakan semprotan hangat dari memeknya…..aku angkat kedua kakinya dan mempercepat goyanganku, semakin dalam dan teruuuuuussssss…..
Toket mama Gina bergoyang-goyang mengikuti irama hentakan ko*tolku….
“ko*tol kamu mantap banget Dith….aku….a…kk…uuuu…..belum pernah ngerasain yang kayak gini…. kata Mama Gina dengan nafas yang terengah-engah….
Ganti posisi ya maaa….doggy style aja biar lebih mantap” ajakku
Mama Gina pun memutar tubuhnya dan nungging disofa tanpa melepaskan ko*tolku dari memeknya, isyaratkan bahwa ko*tolku adalah miliknya. Aku masukan ko*tolku hingga pangkalnya dan menggenjot goyangan…..PLAK….PLAK….PLAAAKKK…. suara becek bercampur dengan suara pahaku menghentak pantatnya.
Aaahhhh…..ouuuhhmmmmmmmm……enek banget maaa….. bisikku lembut sambil berpegangan pada kedua toketnya.
ayo keluarin bareng ya??? Pinta mama Gina dengan manja.
“iya mamaaaa…..ayooooooo…….satuuu….duuuaaaaa… …tigaaaaaa……
AAAAAHHHHHHHHH…..CROT….CROOOOTTT……CROOOOOO TTTTTTTTTTTTTT………
OOOOOOUUUuughhhhh…..aaaaaaaaaaaaaaaa………… desah mama Gina merasakan puncak kenikmatan….. aku sempat panik, takut ada yang mendengar desahan mama Gina…. aku tutup bibirnya dengan ciuman dan aku gulingkan tubuhnya dalam posisi tidur miring,….. aku gerakkan ko*tolku yang masih keras….pelan….pelaaaannnn…..
Kurasakan memeknya benar2 penuh terisi spermaku….begitu hangat menghangatkan kebersamaan kami……Oooohhhhh sungguh nikmat kurasakan,….entah mengapa ko*tolku masih begitu keras bahkan ingin terus menggoyang memek mama Gina sampai pagi.
“maa….lanjut yuuuk???? Masih tegang nih…. bisikku ke telinga mama Gina…..
‘….sama aku juga masih pengen, tapi perutku sakit banget…. rengeknya mama Gina
‘ko*tol kamu gede n panjang banget….masih ada 4hari sebelum Mas pulang, asal aman kita bisa mengulangnya semau
kita…..sambungnya dengan kata yang mesra,,,,
Tak terasa kami ketiduran disofa, berpelukan tanpa sehelai baju dan ko*tol yang masih menancap kuat di memeknya. Hingga menjelang subuh, kami dibangunkan oleh tangis Nania…..
4 hari rumah mbak Gina bagaikan Surga dan kami adalah Adam dan Hawa yang sedang dimabuk cinta (terlarang) bahkan berbulan madu…. bahkan dihari terakhir sebelum suaminya datang, sepulang kuliah aku langsung menghampirinya dan otak kami dipenuhi sex, sex dan sexxx hingga pagi menjelang….kami benar2 hypersex yang tak pernah terpuaskan…..
Tiga hari saat suaminya dirumah, aku sangat tersiksa….ada cemburu di hatiku….sangat sakit dan ini dirasakan juga oleh Mbak Gina…..memeknya mati rasa saat dientot suaminya, hatinya menolak bahkan dia sempat berfikir sedang ‘diperkosa’ suaminya. Setidaknya itulah yang diceritakan mbak Gina kepadaku….
Perasaan kami sangat dalam, namun karena resiko “selingkuh” yang terlalu tinggi karena kostku disamping rumahnya dan udah kenal baik dengan suaminya….aku berniat mundur teratur tapi Mbak Gina menolaknya bahkan meminta suaminya untuk membujuk aku agar tinggal dikostnya gratis dengan alasan aku sudah dianggap adiknya Mbak Gina. Tapi aku tetap menolaknya dan terpaksa pindah kost lag
Lama juga aku tidak upload cerita, kangen banget dengan komentar agan-agan semproters!!!
Aku pekenalkan diri lagi ya Gan? Namaku Adith, cerita ini aku alami saat duduk di bangku kuliah salah satu
Universitas swasta di kota Madiun. Saat itu sedang libur semester namun aku masih males banget untuk pulang kerumah, jujur aja saat itu aku bingung harus mengisi liburan dengan apa dan kemana. Dengan sangat terpaksa aku tetap tinggal di kost-kostan sambil nunggu Icha (Doi-ku) balik dari mudiknya di Lampung. Hari pertama libur aku berniat untuk bangun siang dan malas-malasan aja, namun yang terjadi tidak demikian. Jam 07:30 pintu pagar terdengar ada yang membuka dan benar saja, satu menit kemudian ada yang mengetuk pintu….
Tok…tok…tok….assalamualaikum, Mas….Mas Adith….Assalamualaikum
‘wa alaikum salam” aku jawab dengan jengkel karena masih mengantuk.
…..eh Pak RT, maaf baru bangun” sambungku.
‘Maaf Mas, cuma mau nyerahin ini aja (amplop kosong ) tolong nanti malam hadir dirumah saya sebagai perwakilan yang ngekost disini….sekalian sumbanganya buat kegiatan RT’ jawab Pak RT panjang lebar.
“ooo…iya Pak, terimakasih” jawabku
Pak RT pun langsung balik kanan dan maju jalan meninggalkan tempat kost-ku.
“apes banget nih, kesepian di kost….malah dapat bonus ngasih sumbangan” gumamku dalam hati.
Untuk menghilangkan pusing, akupun mandi dan langsung kerumah Pak RT untuk mengembalikan amplop yang sudah aku isi karena aku males kalau harus ikut ngumpul malam harinya…
“lebih baik cuci mata di matahari” kata hatiku.
Karena rumahnya hanya berjarak 300 meteran dan biar kelihatan terburu-buru untuk alasan gak bisa datang malam harinya, aku kerumah Pak RT dengan hanya menggunakan celana pendek boxer dan T-shirt tipis aja. Akupun langsung mengetuk pintu dan memanggil-manggil Pak RT tapi tak ada jawaban, akhirnya aku putuskan untuk lewat pintu belakang. Namun hasilnya sama, tak ada jawaban… bingung mau tanya siapa, karena rumah Pak RT agak terpencil dikelilingi kebun tebu.
‘Cari bapak ya Mas?” tiba-tiba suara ibu RT mengejutkan aku dari belakang
‘……….ooo……iiiiii…iiiyyyyaaaa Bu! Jawabku dengan gugup.
Asal tahu aja Ibu RT (namanya Tante Wulan) keseharianya memakai jilbab dan selama 2 bulan aku nge-kost disini hanya wajah cantiknya yang aku lihat hingga terbayang-bayang waktu tidur. Tapi yang aku lihat sekarang sungguh sangat berbeda, rambut panjangnya terurai basah, dengan kulit yang sangat-sangat putih mulus dari pundak sampai lengan dan sebagian pahanya kebawah apalagi toketnya yang samar-samar terlihat bagian atasnya. Yaaahh… tante wulan hanya memakai handuk, sepertinya baru aja mandi tapi dimana kok asalnya dari kebun tebu??! Aahhh….udahlahhh….
‘kok bengong Dith….” tanya Tante Wulan.
“….aaaa….aanu ….muluussss” jawabku mengigau terhipnotis kemulusanya.
“eehhhh…maaf Bu, maksud saya Ibu darimana kok di belakang?? Kataku buru-buru untuk menutupi malu dan jawaban ngawurku.
‘maaf Mas, tolong jangan dijalan aku mau masuk kerumah… jawabnya agak menunduk malu.
“…ooo…maaf Bu, silahkan” jawabku sambil memberi jalan.
Tanpa berkata-kata Tante Wulan berjalan dengan tergesa, namun saat menginjak anak tangga yang ketiga di depan pintu belakang Tante Wulan terpeleset dan jatuh. Aku diam mematung, melihat keindahan yang lebih dari sekedar mulus….handuk yang membelit tubuhnya terlepas dan tubuhnya jatuh kesamping….sampai-sampai suaranya mengaduh tak aku hiraukan, panca inderaku telah tertutup oleh gejolak nafsu yang berkobar tak menentu.
‘aduh…aduh…kakiku sakit….tolong aku Mas??? Pintanya merengek.
”…………………. tanpa berkata aku mendekatinya dan langsung menggendongnya kedalam rumah.
‘Mas….sini aja Mas, jangan ke kamar….nanti dilihat orang jadi fitnah” katanya dengan nada keras
“Mbak…aku boleh memanggil Mbak kan? Jangan memikirkan orang lain, pikirkan aja kaki Mbak… kalau keseleo atau lebih parah lagi bagaimana???? Kataku coba merayu
“kalau ada yang melihat pakaian Mbak seperti ini sedang bersama aku, pasti sama saja kan? Lebih baik kan dikamar, gak mungkin ada yang melihat…. kalau Mbak malu, itu sudah telat Mbak….tadi waktu mbak jatuh….aku sudah melihat semuanya mbak!!! Jawabku menenangkan dan mengambil hatinya.
‘PLAKKKKKK…..kenapa kamu intip??? Katanya saambil menampar wajahku dengan keras.
“kenapa Mbak tampar aku? Aku kan menolong Mbak….lagian aku gak ngintip, tapi aku melihatnya…. aku gak bisa untuk tidak melihatnya Mbak, tubuh Mbak sangat indah bahkan lebih indah dari tubuh pacarku” rayuku sambil memegang kedua tanganya agar gak menampar aku lagi.
‘hiks….hiks…… tiba-tiba Mbak Wulan menangis terisak, lupa dengan handuk yang dari tadi dipeganginya.
“Mbak, jangan berpikir negatif Ya? Jangan bergerak apalagi berjalan, nanti kakinya jadi bengkak lho…istirahat aja aku ambilkan minyak urut dulu” kataku sambil merebahkan dan menutupi tubuhnya dengan selimut.
Aku buru-buru kembali ke kost untuk mengambil minyak urut….
“aku harus bermain cantik, menjadi ‘pahlawan rahasia’ untuknya tapi juga harus menjadi ‘pejantan rahasia juga karena Mbak Wulan belum mempunyai anak, mungkin karena Pak RT (Tono) sudah terlalu tua sekitar 45 tahun sedangkan Mbak Wulan Baru 27 tahun“ bisikan nafsuku.
Aku langsung kerumahnya Mbak Wulan sambil berlari karena sedang gerimis, bersama minyak urut aku bawa serta 3Pcs kondom dan 2 butir obat perangsang. Aku langsung menuju kamar tengah, tempat dimana Mbak Wulan terbaring bugil…
“ini Mbak….tolong diminum obatnya, 2 butir sekaligus ya Mbak??? Kataku sambil memberikan obat dan segelas air.
‘waktu kesini ada orang yang melihat apa tidak Dith? Katanya dengan lirih
‘tidak Mbak, kan lagi hujan….sepi Mbak jangan mikir macam-macam, cepetan diminum ini obat pereda nyeri kok’ kataku sambil memijit pelan kakinya.
“iya….makasih banget ya? Maaf aku sudah berpikir negatif….tapi tolong ya, abis ini cepetan balik dan titip tutup pintunya” katanya dengan tatapan mata yang dalam.
‘iya….ini minyak urutnya….aq balik dulu, inget ya jangan dibuat jalan tunggu Pak Tono aja’ jawabku dengan hati sebel dan kesal karena diusir secara halus.
Aku langsung berjalan keluar kamarnya menutup pintu belakang dan pintu depan, TAPI…. aku diruang tamu menunggu obat perangsangnya bereaksi. Sebatang rokok sudah habis aku hisap, obat kuat udah aku telan bulat-bulat, lima belas menit sudah berjalan mendekatkan aku pada surga dunia. Pelan-pelan aku menuju kamarnya, aku sibakkan kelambu dipintunya sedikit-demi sedikit mengintip reaksinya…..
Wow…ternyata sudah siap saji ditandai dengan keringat yang mengkilat ditubuhnya yang terbuka karena kegerahan dan dahaga….
“maaf Mbak….aku kembali, aku gak tega meninggalkan seorang yang sakit sendirian apalagi seorang wanita dan gak bisa berjalan” kataku pelan sambil berjalan menuju tempat tidurnya.
‘kamu balik lagi….kamu baik banget….maaf Mbak buka baju, gerah banget nih…. katanya dengan manja dan tidak malu-malu lagi.
“berarti obatnya sudah bekerja Mbak, aku pijitin ya biar lebih cepat sembuh” jawabku dengan hati-hati karena obatnya belum bereaksi penuh dan satu lagi obat perangsangnya gak membuat tidak sadar tapi hanya membuat nyaman dan cinta.
‘andai aja aku belum menikah, pasti aku mau banget menjadi pacar orang sebaik kamu! Jawabnya mesra
“emang ada larangan ya Mbak, orang bersuami mempunyai pacar? Kan gak ada undang-undangnya? Jawabku ngelantur mengikuti nalurinya yang sudah ngawur tapi logis.
‘iya juga ya? Kita pacaran aja ya? Tapi kalau ada yang tahu bagaimana? Katanya genit
“kita ngumpet aja, kita ketemuan di kebuntebu belakang….kan bisa sms!! Jawabku
‘iya…iya….kita jadian sekarang ya??? Jawabnya sambil menarik tubuhku hingga jatuh dipelukannya.
“okey…. jawabku singkat sabil mencium bibirnya.
Mbak Wulan membalas ciumanku dengan ciuman yang lebih menggebu, melumat bibirku, menghisap liurku dan memilin lidahku dengan lidahnya….. tanganya melepas kaos dan boxerku dengan cepat dan langsung mengambil alih tongkat ‘ko*tol’ komando yang sudah mengacung tegak dan keras.
‘oooohhhh….uuuhhhhh….hisap tetek aku ya sayaaaaa…..aaaaanggggg’ bisiknya lirih ditelingaku.
“iya sayaaaang…..jawabku
Aku remas toket (36B) kirinya dan menghisap yang sebelah kana, memainkanya dengan lidah dan selingan gigitan-gigitan mesra. Tubuh Mbak Wulan mengejang dan bergelinjang tak menentu menahan nikmat yang teramat sangat. Sepertinya obat perangsang telah membuat inderanya lebih sensitif…..
‘HHhhmmmm…..ooooouuuhhh……hhhhmmmmm….. desahan dan gumam Mbak Wulan semakin keras, membuat aku sempat takut ada yang mendengar tapi juga membuat aku semakin bernafsu dan gemes.
Akupun berinisiatif mengambil posisi 69, digenggamnya ko*tolku dengan erat dan mulai mengocoknya dengan pelan…sambil mengeyot-enyot ujung ko*tol dengan hisapan dan jilatan yang sangat nikmat. “iya sayang….teruuus…..ooooohhhh….nikmat banget hisapan kamu” desahanku.
Aku gigit pangkal pahanya yang putih mulus, aku belai bibir memeknya dengan jari…. rasa geli yang tak tertahan membuat kakinya mengejang….menjepit kepalaku dengan kedua pahanya. Memaksa wajahku berlabuh dimemeknya yang sudah basah….aku jilatin memeknya yang masih sangat merah dan indah….menghisap bibir memeknya dan menggelitik klitorisnya dengan lidahku…..
OOOooohhhhh….AAAaaaaaaggghhhhhh……aaaaaaaaaaa aaaahhhhhhh…….ooouuuuhhhhhhhhh…..
Desahan Mbak Wulan semakin menjadi dan Crit….Criiiittt….Crrriiiiiiittttttt….. tiba-tiba semprotan kecil keluar dari memeknya. Jujur aku sangat terkejut dan takjub, ini pertama kalinya aku melihat langsung wanita orgasme sampai bisa nyembur keluar dengan kencang dan deras.
Tak mau kehilangan momen, aku langsung menarik ko*tolku dari mulutnya dan mengangkat kedua kakinya keatas….aku gesek-gesekan kepala ko*tolku ke lubang memeknya…..terus dan teruuuuss
“ayooo….sayaaang, cepetan masukin aku sudah gak tahan….. rengek Mbak Wulan.
“Iya sayang…aku masukan sedikit demi sedikit, pela-pelan, maju mundur bergoyang teratur…. karena sepertinya memeknya masih sempit walau sudah orgasme atau mungkin juga ko*tolku yang kegedean apalagi setelah minum obat kuat, ototnya keluar semua dan keras.
Setelah berulang kali keluar-masuk dan aku rasa sudah sangat licin akupun langsung menghujamkan ko*tolku kuat-kuat kedalam memeknya…..ZLEB….ZLEEEEEBBBB….ZZZZLLLEEEEEEB BBBBBBBB……
AAAAAAAAAAAAAAAAHHHHHHHHHHHH…….SAKIIIIIIIITTT SAAAYYAAAAANNNGGGG!!!!
Mbak Wulan berteriak keras sambil menjambak rambutku…..ooooohhhhh…..gede banget sayang…. panjang kayak lengan akuu….uuuhhhhh….ayo genjot sayang, goyang yang cepat…..
Aku goyang….lebih cepat….lebih cepat….lebih dalam….terus….dan teruuuuuuuuussssssssss…….
Ah…ah…ah….ah…ah….ah….ah….ah…ah…a h…..
Sayaaaang aku keluaaarrrrr laagiiiii…..crit….crit……memeknya nyemprot ko*tolku dengan kuat dan membuatnya semakin licin dan becek….pyek…pyeek…..pyeeekkkk…..suara ko*tolku membombardir memeknya…..
Udah sayaaanggg…cepetan keluarin……rengeknya sambil mencakar-cakar dadaku, sangat liar dan binal….seperti sudah seribu tahun menahan birahi dan memendam nafsu dengan jilbab dan kealimanya.
“tunggu bentar lagi sayang….ganti posisi ya? Kamu nungging?! Bisikanku lirih ditelinganya.
Mbak Wulanpun menunggingkan pantatnya…karena membelakangiku Mbak Wulan tidak tahu aku tambahkan Ring dan Kondom berduri ke ko*tolku.
Tahan sedikit ya??? ZLEB….ZLEEEEEEEEEEEEEEBBBBBBBBBBBBB…………. aku langsung menghentakkan ko*tolku ke memeknya, sekarang ko*tolku semakin gede dari sebelumya yang memang sudah lumayan gede (P:19cm-D:5,4cm)
AAAAAHHHHHH…. Mbak Wulan seketika menjerit dan langsung terjatuh dari posisi doggy style-nya. Walau posisinya tengkurap aku terus menggoyangnya dengan liar….
O
H….AH….UUUHHHH……periiiiiihhhh sayaaaangggg….
Sepuluh menit aku memaksakan goyanganku, tiba-tiba tubuhnya mengejang dan kaku….
Akupun berhenti sejenak dan memeluknya dengan ko*tol masih menancap di memeknya.
“kamu gak apa-apa kan? Bisiku sambil melumat telinganya
‘kamu jahat banget….sejak nungging tadi aku udah keluar 3 kali, perut aku sakit banget seperti kram…cepetan semburkan spermamu, aku ingin baby darimu, mas tono gak bisa ngasih…. katanya.
Ya udah, kita miring aja ya? Aku goyang dari belakang…jawabku.
Kondom dan Ring aku lepaskan dan kembali menggoyangnya…..pyek…pyek….pyekkkkk….
Suara memeknya sudah sangat amat becek sekali….aku goyang…lebih cepat…. lebih cepat…. lebih cepaaaaaaaaaaaaaaaatttttttttttt…….sesaat kemudian….
Saaayyyyyaaanggg….kita semprotin bareng ya…..1…..2…..3…..CROT….CROOOTTT….CROT
Aku tumpahkan spermaku didalam memeknya, sambil terus menggoyangnya pelan-pelan….
“bagaimana sayang, kamu puas apa belum??? Kataku manja
‘puas buangets….sayaaang….” jawabnya tak kalah manja sambil melumat bibirku.
Kami berpelukan mesra nan manja seakan kami adalah sepasang suami istri yang honeymoon, seakan ini kamar kami, seakan ini rumah kami…..seakan-akan tak mau lepas…..
Setengah jam kemudian dengan iringan suara bedug, kamipun membereskan kamar agar sewaktu Pak Tono pulang gak curiga apalagi tahu. Kaki Mbak Wulan tanpa aku sadari sudah sembuh dan bisa berjalan normal waktu menuju kamar mandi…..
“mbak, kakinya sudah gak sakit??? Tanyaku heran
‘udah, lumayan….. jawabnya santai sambil berjalan menuju kamar mandi yang ada di sebelah kebun tebu.
Hujan masih deras sederas aliran nafsuku yang masih menggebu, namun apa daya waktunya sudah mepet sebelum Pak RT datang.
Malam haripun tiba, keinginanku untuk kembali mengulang kenikmatan tadi siang kembali datang dan tak dapat aku halangi. Waktu menunjukkan Jam 19:00 tepat, satu persatu warga datang untuk memberikan sumbangan dan musyawarah bersama untuk pembuatan gardu untuk siskamling. Aku yang awalnya berniat untuk tidak datang akhirnya terpaksa datang untuk sekedar mengantar amplop yang tadi siang tidak jadi aku berikan sekaligus untuk mencari tahu situasi dan kondisi rumah Pak RT. Setengah jam berlalu dan musyawarah dimulai…. setelah aku rasa aman akupun SMS Mbak Wulan untuk mengajak ketemuan dibelakang rumah.
Tit…tit…tit….tit…. Hpku berbunyi, membawa pesan “Okey, aku ke kamar mandi…. gak tahukenapa, tapi aku kangen bangeeet….tapi jangan macam-macam ya? Banyak orang….
Tanpa membalas sms aku langsung pamit dan berjalan memutar menuju kebun tebu belakang rumahnya. Aku perkirakan ada waktu sekitar 1 jam aman untuk berkangen ria sebelum rapat Rtnya selesai. Sesampainya di depan pintu kamar mandi aku langsung membukanya dan masuk kedalam….
Sesaat kami saling pandang dan berbagi senyum….kami langsung berpelukan dan berciuman dengan penuh mesra….tanganku langsung turun kebawah, meremas pantatnya dan mengangkat jubahnya keatas….hemmmmm ternyata Mbak Wulan sudah siap tidak memakai CD….aku angkat kaki kirinya keatas bibir bak mandi dan langsung kumainkan memeknya yang ternyata sudah basah, dengan mudah 2 jariku keluar-masuk dan menari didalam memeknya….
“memek kamu sudah siap yah?? Bisikku
‘iya….buruan masukin keburu orang-orang pulang…. jawabnya singkat!
“iya….emut ko*tolku bentar yah, biar licin masuknya” kataku
Mbak Wulan langsung jongkok dan melumat ko*tolku dengan lahap….tanganya menggenggam kuat pangkal ko*tol dan mengocoknya dengan cepat…..
Ooouuuuhhhh…..buruan nungging, aku masukkan…..
ZLEEEEBBBB….ZLEEEEEEEEBBBBBB……ko*tolku memenuhi ruang di memek hangatnya, aku goyang….maju-mundur…..aku tarik kedua lenganya kebelakang untuk pegangan dan aku goyang lagi lebih cepat….lebih dalam dan teruuuuuusss……
mmm….mmm….uuuuuhhhh….. Mbak Wulan hanya bergumam tidak berani mendesah atau berteriak liar seperti tadi siang. Keringat kami bercucuran karena kami masih berpakaian lengkap hanya membuka seperlunya saja.
“mbak…kalau kita mudah kangen terus bagaimana?? Tanyaku
‘aku juga gak tahu….aku gak bisa menahanya….jawabnya dengan suara terengah menahan goyanganku.
“kemarin…yang kesini siapa Mbak? Tanyaku
‘ooo…itu Adikku, namanya Dian….awas jangan macam-macam lho Dia anak Pondokan?! Jawabnya Mbak Wulan
“enggak bakalan Mbak….justru bisa buat tutup hubungan kita, bantu PDKT ya mbak? Kalau aku jadian kan Pak RT gak curiga dengan kita….kataku
‘maksutnya? Gak usahlah…adikku gak neko2….jawabnya Mbak Wulan.
“aku gak akan neko2 juga kok Mbak….jawabku sambil terus menggenjot goyanganku.
‘buruan…aku hampi keluar….nanti sms aja…. jawabnya
“ayo semprotin bareng….1…..2…..3….CROT…CROT…CROOOOOTT T…..
Kami benar-benar nyemprot bareng dan tak sempat bermanja-manja lagi karena wakru satu jam telah usai. Aku langsung berlari menuju kegelapan malam….kegelapan kebun tebu….
Hubunganku dengan Mbak Wulan tetap berjalan backstreet bahkan hingga aku lulus kuliah dan dikaruniai seorang anak yang amat cantik….secantik Ibunya….TOLONG JAGA BUAH CINTA KITA YA MBAK???? TERIMA KASIH
film dewasa terbaru bisa di download di xxx.dunhil.org
Musim Hujan Membawa Cinta
Posted by Unknown on 02.42 with No comments
Hujan masih saja turun dengan lebatnya dan telah berlangsung selama 2 hari. Segala aktifitas jadi kacau berantakan. Tidak tahu harus berbuat apa. Jalan juga tampak lengang karena orang-orang lebih senang memilih tinggal di rumah. Begitu juga denganku, yang meski banyak rencana tapi semua jadi berantakan gara-gara hujan. Oh ya, aku bekerja secara serabutan, yang penting bisa menghasilkan dan halal.
Saat itu aku tengah memandang keluar melalui jendela. Memandang langit yang tampak menghitam, sedikitpun tak ada tanda-tanda bahwa hujan akan berhenti. Tiba-tiba sebuah taxi berhenti tepat di depan rumah. Sesaat kemudian seorang perempuan yang belum begitu jelas wajahnya dengan menenteng koper kecil bergegas turun dan berusaha membuka pintu pagar rumahku yang tertutup rapat namun tidak ku gembok. Usaha membuka pintu pagar berhasil dilakukan, namun keadaan itu membuatnya basah kuyup. Tanpa menutup kembali pintu pagar ia berlari-lari memasuki halaman rumah terus mengetuk pintu.
Aku yang sudah menyaksikan ulahnya sedari tadi langsung membuka pintu dan.. Aku terkesima. Sesosok wujud wanita paripurna berdiri di depanku dengan sedikit menggigil. Wanita yang sama sekali tidak aku kenal. Wanita yang.. Berumur kira-kira 23 atau 24 tahun yang luar biasa, seperti dalam mimpi, cantik sekali. Rambutnya lebat panjang bergerai indah. Alis mata yang tebal dan bibir tipis yang memancarkan pesona. Dia juga seperti terheran melihatku.
“Maaf.. Mbak cari siapa?” tanyaku.
“Oh.” dia terlihat gugup, “Maaf Mas. Bukankah disini rumahnya Mas Dudy?”
“Dudy? Dudy Margono?” tanyaku
“Iyya,” jawabnya sambil menepis butir-butir air yang melekat di tubuhnya.
“Wah, sebulan yang lalu Mas Dudy memang masih ngontrak disini, tapi sejak pindah ke Balikpapan aku yang meneruskan kontrakannya,” jawabku.
Jawaban yang membuatnya terkejut dan terlihat amat kecewa.
“Oh, maaf. Mari, masuk dulu Mbak,” tawarku setelah menyadari bahwa wanita itu masih di depan pintu.
“Makasih,” jawabnya terus melangkah masuk.
Akupun mempersilahkannya duduk di sofa lalu minta ijin sebentar mau kebelakang untuk mengambilkan handuk karena menyaksikan tubuh dan pakaiannya basah kuyup. Setelah mengambil handuk dalam lemari (aku memang menyimpan beberapa handuk sebagai persediaan kalau-kalau ada teman menginap) dan membawanya keluar. Kulihat dia agak gemetar menahan dingin meski baju yang dikenakannya cukup tebal, tapi hujan yang amat lebat rupanya tidak mau kompromi dan lagi tampaknya gadis ini kelelahan, kemungkinan baru saja melakukan perjalanan jauh. Segera kusodorkan handuk yang disambut dengan senyum, terus melap badannya yang masih berbungkus pakaian.
“Mbak siapa?” tanyaku
“Oh, maaf perkenalkan, aku Vita,” ucapnya menyodorkan tangan.
“Bari,” sahutku menggenggam tangannya yang dingin.
“Saya teman dekatnya Mas Dudy. Saya tidak tahu kalau dia sudah tidak disini. Sungguh, saya tadinya mau bikin surprise dengan datang tiba-tiba. Nggak tahunya.. Wah, gimana ini?” Dia terlihat panik.
“Emangnya Mbak Vita dari mana?”
“Dari Malang, Mas,”
“Gila, sejauh itu?” Tanyaku bagai tak percaya.
Dia hanya mengangguk. Aku jadi terdiam dan turut merasa sedih. Namun akal sehatku segera pulih terutama setelah melihat dia semakin kedinginan.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
“Kalau nggak keberatan, silahkan Mbak Vita mengganti pakaiannya yang basah itu di kamar, nanti kita bicara lagi,” ujarku sambil menunjuk kamar tamu. Iapun tersenyum (manis sekali) kemudian beranjak menuju kamar yang saya tunjukkan.
Akupun menunggu dengan gelisah. Aku dengan Dudy memang sahabat dekat, tapi tidak pernah tahu kalau dia punya teman dekat yang begini cantik. Aku juga tahu kalau Dudy itu petualang cinta. Banyak sekali gadis-gadis yang jadi korbannya mengingat wajahnya yang memang tampan, terlalu tampan malah hingga mendekati wajah perempuan, terlalu klimis.
Sebulan yang lalu oleh kantornya ia mendapat promosi menjadi kepala cabang di Balikpapan dan sejak itu ia menyuruhku menempati rumah ini yang telah ia kontrak selama 5 tahun dan baru berjalan 2 tahun sehingga aku bagai dapat durian runtuh karena ketika ia menyuruhku pindah ke rumah ini terutama karena selama ini aku hanya mampu kost di satu kamar pada satu tempat dibilangan Slipi.
Dan gadis cantik yang kini ada di kamar tamu itu, apa termasuk salah satu dari korban rayuan gombal Dudy? Aku tidak berani berpikir yang aneh-aneh tentang gadis itu. Aku positif tahuninking aja. Nggak tega aku memikirkan hal-hal yang ngeres. Dia terlalu cantik dan lembut dimataku. Agak lama Vita di kamar, mungkin sekalian mandi (kamar tamu mempunyai fasilitas kamar mandi).
Kira-kira 30 menit kemudian pintu kamar terkuak memunculkan sosok Vita yang fresh terutama dengan kombinasi busananya yang pas. Saat itu ia mengenakan T. Shirt putih dengan rok midi warna cream. Setelah mandi kecantikan Vita kian tegas. Wajahnya yang aristokrat dengan tinggi sekitar 164 serta polesan lipstik tipis dibibirnya membuatku sejenak seperti bengong, nggak bisa berucap sepataHPun.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
“Mas Bari.. Kok seperti orang bengong,” Ucap Vita menyadarkanku dari keterpanaan.
“Oh. Maaf. Mari, monggo. Silahkan,” aku masih grogi. Vita hanya senyum melihat ulahku.
“Ada apa sih, Mas? Kok seperti orang bingung?” tanyanya lagi.
“Ya.. Aku memang lagi bengong, bukan bingung,”
“Lho, kenapa?” tanya Vita sambil duduk di sofa mengambil posisi di depanku.
Aku akhirnya bisa menguasai diri.
“Habis, setelah mandi Mbak Vita ternyata cantik sekali,” jawabku mulai percaya diri.
“Ah, Mas Bari bisa saja. Tapi terima kasih deh atas pujiannya”
Kami akhirnya terlibat dalam pembicaraan yang mengasyikkan. Dia bercerita banyak. Mengenai hubungannya dengan Dudy terutama janjinya bahwa setelah Vita menyelesaikan kuliahnya mereka akan segera menikah. Itulah sebabnya ia segera ke Jakarta utnuk mengabarkan dan membicarakan rencana perkawinan mereka karena Vita baru saja lulus dan berhak menyandang gelar Sarjana Ekonomi. Tapi Vita jadi sangat kecewa karena Dudy ternyata sudah pindah tanpa memberikan kabar dan yang jadi masalah karena di Jakarta ini Vita tidak punya kenalan apalagi keluarga. Aku berusaha menenangkan dan memberinya semangat terutama karena Dudy memang sahabatku dan kuutarakan juga bahwa sesungguhnya rumah ini secara resmi masih dimiliki Dudy sebagai pengontrak, aku hanya disuruh menempati agar tidak kosong.
Saat malam tiba, hujan belum juga mau kompromii, sehingga aku tidak bisa mengajak Vita keluar untuk makan malam, terpaksa kita buat menu ala kadarnya. Beruntung karena di kulkas masih ada sisa ikan dan daging, cukup untuk diolah menjadi santapan yang enak. Kita semakin akrab terutama setelah secara bersama kita mengolah bahan mentah di dapur. Akupun tak segan-segan mencandai Vita membuatnya sering tertawa terpingkal-pingkal bahkan sesekali mencubit halus pinggangku.
Usai makan malam, kami melanjutkan pembicaraan sambil nonton TV. Duduknyapun sudah tidak berhadap-hadapan lagi tapi sudah berdampingan. Aroma parfum yang dikenakan amat sejuk dan lembut menciptakan nuansa yang romantis. Aku mencoba menggeser dudukku untuk merapat sedikit. Dia hanya melirik sambil senyum.
“Mulai berani ya, Mas?” tegurnya membuatku kembali menggeser tubuhku untuk menjauh.
“Ya, sudah. Nggak usah di geser menjauh lagi. sudah ketahuan, kok,” ucapnya menarik lenganku mendekat sehingga tubuhku akhirnya teraih mendekat memepeti tubuhnya.
Darahku tiba-tiba bergolak. Hatiku diliputi perasaan yang penuh bunga, apalagi ketika tiba-tiba ia meletakkan tangan kanannya di atas pahaku. Akupun secara refleks melingkarkan lengan kiriku di bahunya. Kami sama-sama diam membisu, namun aku yakin kalau hati kami diliputi perasaan yang sama, ingin lebih dari itu. Pikiran kami tidak lagi terfokus pada TV meski mata tetap tertuju ke sana. Namun aku segera sadar bahwa pertunjukan harus dimulai dan untuk memulai inisiatif harus datang dariku karena tidak mungkin inisiatif itu datang dari gadis yang begini lembut.
Pelan-pelan kuelus rambutnya. Dia diam saja. Lalu kucium rambut yang panjang itu, harum. Diapun diam saja. Lalu rambut panjang itu kusibak dan kususupkan bibirku di lehernya, kukecup halus. Ia juga masih diam, tapi tangannya mencengkram pahaku. Aku kian berani kujilat leher, pas di belakang telinganya. Ia menggelinjang, menarik kepalanya, menoleh menatapku tajam. Aku juga menatapnya dan sejenak kemudian bibir kami saling bertaut. Kami berciuman panjang dan panas.
Aku menekan tubuhnya sehingga rebah telentang di sofa. Aku menindihnya. Tanganku merayap membelai dadanya yang masih tertutup busana. Tapi ia tiba-tiba menahan tanganku dan berusaha menatapku.
“Boleh?” tanyaku berbisik.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
Agak lama ia menatapku dan akhirnya mengangguk sambil senyum. Akupun mulai meraba dadanya dengan halus sambil bibirku tak pernah henti melumat bibir tipisnya. Tanganku kian nakal mencoba berkelana dibalik T. Shirtnya dan meremas ke dua gunung kembarnya yang masih terbalut BH. Deru nafasnya terdengar memburu sementara burung dibalik celanaku kian liar dan membesar seperti mau berontak. Kurangkul tubuhnya, kurengkuh aroma tubuhnya yang harum dan tanganku kian merajalela, tanpa sepengetahuannya (mungkin) aku sudah berhasil melepas pengait BH nya sehingga dengan bebas tangan kananku membelai dan meremas buah dadanya yang keras sementara tangan kiriku masih tetap mendekapnya. Buah dadanya memang tidak terlalu besar, tapi ini ukuran yang paling pas buatku.
Kugesek-gesekkan pahaku ke pangkal pahanya yang secara spontan mulai sedikit terbuka. Kurasakan ada hawa panas di sana. Bibirku dengan rakusnya melalap bibir tipisnya. Aku enggan melepas pagutanku terutam karena bau mulutnya yang bagai bau mulut bayi, segar. Tapi ukuran sofa kurasakan amat mengganggu karena terlalu sempit sehingga mengurangi gerakan kami. Lalu kuhentikan pagutanku.
“Kita pindah, yuk,” tawarku
“Kemana?” tanyanya.
“Ke kamar,” jawabku.
“Mas..”
“Ya?”
Ia berusaha bangun dan aku berhenti menindihnya. Kami kemudian duduk. Ia menatap kedepan ke arah TV sementara aku memandangnya penuh tanya.
“Seharusnya kita nggak begini..” ia berhenti sejenak.
Aku diam menunggu tetap mencoba untuk mengontrol diri.
“Aku ini pacar sahabat, Mas Bari,” lanjutnya.
“Ya,” jawabku singkat.
Lalu kami sama-sama terdiam. Berbagai pikiran berkecamuk dikepala kami.
“Aku minta maaf, Vit,” ucapku tulus.
Dia menoleh memandangku dan. Tersenyum.
“Nggak papa. Aku juga yang salah terlanjur suka pada Mas Bari dan mungkin karena kecewa pada Mas Dudy,” jawabnya tenang.
Tangannya terulur mengusap pipiku.
“Kamu gagah, Mas,” pujinya,
“Ayo kita ke kamar,” pintanya.
“Vita nggak keberatan?” tanyaku bagai tak percaya.
“Kita bercumbu saja ya, Mas? Soalnya untuk yang satu itu aku belum pernah melakukan,” ujarnya polos.
“Tapi saling raba boleh, kan?”
“Ih, Mas Bari nakal,” ujarnya sambil mencubit pahaku.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
Akupun segera meraih tubuhnya, mengajaknya berdiri. Lalu tubuh semampai itu kugendong. Tangannya melingkar di leherku. Sambil berjalan menuju kamarku bibirku tetap lekat di bibirnya. Setiba dalam kamar, pelan-pelan tubuh itu kuletakkan dipembaringan sambil terus memagutnya. Kami bergulingan di kasur. Tubuhnya terasa kian panas. Aku mencoba melepas kaosnya. BH yang tadinya sudah kucopot masih berada di balik bajunya. Ia membantu mencopot kaosnya sehingga tanpa susah payah aku berhasil menelanjangi bagian atas tubuhnya.
Darahku kian bergolak memandang tubuhnya yang bak pualam, kulit kuning langsat, bersih, halus tanpa ada sedikitpun cela, sempurna. Lalu tangany meraba seluruh bagian atas tubuhnya terutama ke dua gunung kembarnya yang padat dan keras pertanda birahinya juga sudah meninggi. Ketika aku berada di atas tubuhnya, secara halus kususupkan paha kananku ke selangkangannya dan dia merespon dengan membuka kedua pahanya sedikit sehingga ujung pahaku bebas melakukan aktifitas. Pinggulnya juga secara spontan ikut bergerak mengikuti irama gesekan pahaku.
Serangankupun mulai kutingkatkan. Sambil melingkarkan tangan kananku di lehernya, bibirku tetap mengulum bibirnya sambil lidahku berkelahi dengan lidahnya didalam rongga mulutnya. Tangan kiriku pelan-pelan bergerak menyingkap roknya dan secara halus mengelus pahanya, terus bergerak ke atas dan berhenti di pangkal pahanya, lalu menyentuh Cdnya. CD itu sudah basah, rupanya ia sungguh sudah birahi. Kulepas pagutanku. Mulutnya berdesah ketika tanganku berusaha menyusup kebalik Cdnya dan berhenti di bibir vaginanya.
Sungguh, bibir itu sudah sangat basah. Jari tengahku mengelus-elus bibir vaginanya. Ia semakin menggelinjang sambil membuka pahanya untuk memberikan jalan bagi jariku agar lebih leluasa bekerja disana. Tapi jariku masih merasa terganggu sehingga Cdnya segera kupelorotkan Ia mengangkat pantatnya agar aku mudah mencopot CD nya. Setelah itu pengait roknya kulepas, kutarik resluiting riknya dan kuturunkan rok itu dari pinggangnya, maka dihadapanku kin tergolek dalam nafas memburu sesosok tubuh wanita yang penuh pesona memandangku penuh birahi.
Ketika aku terpana melihat keindahan tubuhnya ia berusaha bangkit, tangannya meraih pinggangku lalu membuka baju kaor yang kukenakan. Setelah itu ia berusaha membuka ikat pinggangku mencopot celanaku sekalian celana dalamku sehingga akupun kini sudah telanjang, persis seperti dia. Matanya terbelalak menyaksikan burungku yang tegak mengacung, besar, panjang dan kaku.
“Wow. Besar sekali, Mas,” pekiknya meraih burungku. Di elus-elusnya.
“Pernah pegang punya Dudy, nggak?” tanyaku. Ia mendongak memandangku.
“Ih, Mas Bari jangan tanya gitu, dong. Itu kan sangat pribadi,” ucapnya protes.
“Sorry,” sahutku. Sambil mengelus buah dadanya.
“Di cium dong, sayang,” pintaku.
Iapun segera membungkuk dan mencium burungku. Betul-betul hanya dicium dengan hidungnya sesekali permukaan bibirnya menempel di kulit burungku. Tampaknya dia belum pernah melakukan oral sex.
“Di kulum dong, sayang,” bisikku.
“Di masukin mulut?” tanyanya seperti nggak percaya.
“Iyya.”
“Ah, aku belum pernah begini, Mas,” jawabnya polos.
“Coba aja. Enak, kok,” desakku.
Akhirnya dengan ragu-ragu ia memasukkan kepala burungku ke mulutnya. Lidahnya belum bermain, hanya mendorongnya maju mundur, bahkan sesekali burungku tersangkut giginya sehingga menimbulkan sedikit rasa sakit. Rupanya ia betul-betul belum ngerti, masih polos.
Setelah memaju mundurkan burungku di dalam mulutnya sekitar 10 menit, ia terlihat kelelahan. Iapun menghentikan gerakannya dan merebahkan diri telentang. Aku kemudian berjongkok, membuka pahanya, lalu kepalaku kususupkan kesana. Hidungku mencium vaginanya lalu bibirku menjilati bibir vaginanya. Ia terpekik sambil meremas kepalaku.
“Mas, jangan. Jorok,” Aku tidak peduli.
Lidahku kian gencar berputar di klitorisnya membuat pantatnya bergerak naik turun sambil mulutnya tak pernah henti berdesah. Bukan hanya lidahku yang berputar meliuk-liuk di seputar klitnya, dua jari tangankupun ikut menyusup memasuki liangnya, membuatnya terpekik-pekik kenikmatan. Hanya sebentar saja jari-jariku bermain disana ketika tiba-tiba saja tubuhnya mengejang. Pantatnya terangkat tinggi, bulu rmanya ikut berdiri. Rupanya ia telah orgasme.
“Ooohh.. Maass.” lenguhnya panjang.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
Kedua tangannya merangkulku dengan ketat sementara burungku kian tegang. Aku hentikan aktifitasku. Kupandangin tubuhnya yang lemas. Ada senyum disana.
“Enak, sayang?” bisikku. Dia mengangguk.
“Apa Mas sudah keluar?” tanyanya tidak mengerti. Aku ketawa kecil.
“Belum. Lihat nih, masih kencang betul,” sahutku mengelus-elus vaginanya.
“Jadi gimana dong?” tanyanya.
“Aku masukin, ya?”
“Tapi aku belum pernah, Mas,”
“Saya tahu. Aku masukin kepalanya aja, tidak akan merusak selaput daramu.”
“Betul, Mas?” Aku mengangguk mengiyakan.
Dalam hati aku memang telah berjanji tidak akan merusaknya kalau memang dia masih perawan.
“Iyya deh, Mas. Tapi pelan-pelan aja ya? Aku takut,” ucapnya pasrah.
Aku kemudian membungkuk, mencium bibirnya yang basar. Dengan sabar kuelus kedua gumpalan gunungnya, sesekali kuremas. Aku berusaha membangkitkan kembali gairahnya setelah ia mengalami orgasme. Tangankupun segera berkelana ke selangkangannya dan memainkan jari-jariku ke dalam liang vaginanya tapi tidak terlalu dalam. Vaginanya kembali basah kuyup. Birahinya muncul lagi dalam waktu singkat. Lalu tangannya kuraih kubimbing ke arah burungku. Begitu jarinya menyentuh burungku langsung di remas dan di kocok-kocoknya.
Setelah merasa bahwa birahinya telah bergolak akupun berjongkok, membuka lebar pahanya sehingga bibir vaginanya terbuka memperlihatkan klitoris dan liangnya yang berwarna kemerah-merahan. Burungkupun ku arahkan kesana. Kepalanya kugosok-gosokkan di permukaan vaginanya. Mulutnya mendesis-desis keenakan, lalu secara perlahan tapi pasti kutekan burungku masuk sarangnya. Ia terpekik kecil. Jari-jarinya erat mencengkram punggungku. Pantantnya terangkat sehingga burungku semakin masuk menyusup, belum semua karena aku taku akan merobek selaput darahnya.
Dengan posisi burungku separuh yang masuk aku membuat gerakan maju mundur. Hal ini membuatnya betul-betul menggelinjang keenakan sementara vaginanya semakin banjir rupanya ia lagi-lagi orgasme yang berkesinambungan tapi belum orgasme total. Aku kemudian menggulingkan tubuhku untuk merubah posisi sehingga ia kini berada di atas tubuhku menyebabkan aktifitas membuat gerakan dilakukan oleh Vita. Mulanya pelan-pelan, lalu ketika buah dadanya tepat di depan mulutku, maka gumpalan kenyal itupun ku kulum. Ia menggelinjang dan mempercepat gerakan pantatnya.
Tiba-tiba ia menekan pantatnya dengan kuat disertai pekik kesakitan untuk sesaat, maka seluruh batang kemaluanku amblas. Sakitnya memang tidak terlalu terasa karena vaginanya sudah banjir hanya terasa ketika selaput perawannya robek. Setelah itu tak ada lagi rasa sakit, yang ada hanyalah kenikmatan yang tiada tara.
“Mas.. Robek sudah Mas.. Ooohh.”
“Iyya sayang.. Maaf,”
“Bukan salah Mas. Aku yang nggak tahan,” celotehnya mempercepat gerakannya.
“Maass.. Aku mau keluar lagi.”
“Aku juga sayang.. Dicabut ya?” tanyaku.
“Jangan, biar aja. Sudah kepalang aduh maass.. Aku.. Kkkeeluaarr.”
“Aku juga sayaanng,” pekikku ketika air meniku menyemprot keluar bersamaan dengan puncak orgasmenya.
Luar biasa nikmatnya. Ia merebahkan tubuhnya yang berkeringat diatas tubuhku. Aku mendekapnya erat seakan tak mau melepas tubuhnya. Batang kemaluanku masih bersarang di dalam rongga vaginanya sementara di luar sana hujan mulai berhenti menyisakan rintik yang pelan.
“Maaf, ya sayang. Akhirnya aku telah merusakmu,” bisikku sambil bengecup lehernya.
“Nggak papa kok, Mas. Aku yang mau dan aku puas,”
“Bagaimana dengan Mas Dudy?” tanyaku.
“Peduli amat,” ungkapnya mengangkap tubuhnya duduk diatas selangkanganku karena kemaluan kami masih saling menempel.
“Jujur saja Mas. Aku sebenarnya kesini, selain untuk memperjelas hubungan kami juga untuk menyelidiki berita kalau ia selalu gonta-ganti cewek dan sering bercinta di rumah ini. Aku juga yakin kalau cintanya padaku hanya dimulut, terbukti ketika aku menolak ML dengannya, ia tidak pernah lagi mengontakku,” ujarnya ketus.
pusat download film dewasa qualitas HD hanya di xxx.dunhil.org
“Jadi..?”
“Jadi ya, itu. Aku nggak mau tahu lagi. Aku cuma mau pembuktian. Apa dia benar-benar mencintaiku atau hanya mau iseng,”
“Terus kita, gimana?” tanyaku.
“Terserah Mas. Bagiku, dari perkenalan singkat. Aku yakin Mas orang baik penyayang.”
“Kalau aku bilang aku mau jadi pacar Vita gimana?”
“Jangan tanya aku, Mas karena aku pasti mau. Tapi berpikir dulu yang matang.”
“Justru Vita yang saya minta berpikir matang. Aku saat ini masih kerja serabutan, tapi aku janji akan mencari kerja yang layak sesuai ijazahku.”
“Terus, Mas?” desaknya
“Aku ingin melamarmu. Aku tidak tahu, wanita yang seperti Vita yang selalu ada dalam anganku. Terutama karena aku yang telah mengambil perawanmu,” mendengar kalimatku itu ia lalu memelukku, menghujaniku dengan ciuman.
“Makasih, Mas.”
Pengalaman Pertama Hubungan Seks
Posted by Unknown on 11.52 with No comments
Nama saya Shinta, saya anggota cheerleader PCT. Pada suatu hari, ada pertandingan basket antara anak * (edited by Yuri) melawan anak SMA 8 di sekolahku. Saya sebagai anggota tim cheerleader PCT, berpakaian minim, memberi support kepada tim sekolahku. Di tengah-tengah pertandingan, salah satu pemain cadangan tim SMA 8 tersenyum pada saya, dia bukannya melihat teman-temannya bermain, melainkan memandangiku terus. Ketika babak pertama usai, dia datang menghampiriku, dan kami berkenalan sebut saja namanya Indra.
Setelah kami berkenalan, lalu kami bercakap-cakap sebentar di kantin SMA * (edited by Yuri). Setelah tidak berapa lama, tiba-tiba dia berbisik di telinga saya, katanya, “Kamu cantik sekali deh Shinta..”, sambil matanya tertuju pada belahan dada saya. Muka saya langsung merah, kaget dan dadaku berdetak kencang. Tiba-tiba terdengar suara “Pritt..!”, tanda bahwa babak ke-2 akan dimulai, saya langsung mengajaknya balik ke lapangan.
Dalam perjalanan ke lapangan, kami melewati kelas-kelas kosong. Tiba-tiba dia menarik tanganku masuk ke dalam kelas 3 Fis 1, lalu dia langsung menutup pintu. Saya langsung bertanya padanya, ” Ada apa Indra.., babak ke-2 sudah mau mulai nih.., kamu tidak takut dicariin pelatih kamu?”.
Dia tidak membalas pertanyaanku, melainkan langsung memelukku dari belakang, dan dia berbisik lagi padaku, “Badan kamu bagus sekali ya Shin..”.
Saya tidak bisa berbuat apa-apa selain berbalik badan dan menatap matanya serta tersenyum padanya.
lanjutan Pengalaman Pertama Hubungan Sex
Dia langsung mencium bibirku dan saya yang belum pernah berciuman dengan cowok, tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan lidahnya masuk ke dalam mulutku. Setelah kira-kira 5 menit bercumbu, mulai tangannya meraba dan meremas dadaku. Saya pasrah saja padanya, karena terus terang saya belum pernah merasakan kenikmatan seperti ini. Tangannya masuk ke dalam baju cheers no.3-ku, dan mulai memainkan puting payudaraku, lalu dia menyingkapkan bajuku dan melepaskan rokku hingga saya tinggal mengenakan BH dan celana dalam saja.
Lalu ia membuka baju basket dan celananya, sehingga ia hanya mengenakan celana dalam saja. Tampak jelas di depanku bahwa “penis”-nya sudah tegang di balik celana dalamnya. Ia memegang tanganku dan menuntun tanganku ke dalam celana dalamnya. Saya merasakan “penis”-nya yang besar dan tegang itu dan ia memintaku untuk meremas-remas penisnya. Ia memaksaku untuk membuka celana dalamnya, setelah saya membuka celana dalamnya, tampak jelas penisnya yang sudah ereksi. Besar juga pikirku, hampir sejengkal tanganku kira-kira panjangnya.
Baru kali ini saya melihat kemaluan cowok secara langsung, biasanya saya hanya melihat dari film biru saja kalau saya diajak nonton oleh teman-teman dekatku. Ketika saya masih terpana melihat penisnya, dia melepas BH dan celana dalamku, tentu saja dengan sedikit bantuanku. Setelah ia menyingkirkan pakaian dalamku, badannya yang tinggi dan atletis layaknya sebagai seorang pemain basket itu, menindih badanku di atas meja kelas dan ia mulai menjilati puting payudaraku sampai saya benar-benar menggeliat keenakan, kurasakan basah pada bibir kemaluanku, saya baru tahu bahwa inilah yang akan terjadi padaku kalau saya benar-benar terangsang.
Lalu tangannya yang kekar itu mulai meraba bibir kemaluanku dan mulai memainkan clitorisku sambil sesekali mencubitnya. Saya yang benar-benar terangsang tidak bisa berbuat apa-apa selain mendesah dan menggeliat di atas meja. Cukup lama ia memainkan tangannya di kemaluanku, lalu ia mulai menjilati bibir bagian bawah kemaluanku dengan nafsunya, tangan kanannya masih memainkan clitorisku. Tidak lama saya bertahan pada permainannya itu, kira-kira 5 menit kemudian, saya merasakan darahku naik ke ubun-ubun dan saya merasakan sesuatu kenikmatan yang sangat luar biasa, badanku meregang dan saya merasakan cairan hangat mengalir dari liang kemaluanku, Indra tanpa ragu menjilati cairan yang keluar sedikit demi sedikit itu dengan nafsunya sampai hanya air liurnya saja yang membasahi kemaluanku. Badanku terasa lemas sekali, lalu Indra duduk di pinggir meja dan memandangi wajahku yang sudah basah bermandikan keringat.
Ia berkata padaku sambil tersenyum, “Kamu kelihatan capek banget ya Shin..”. Saya hanya tersenyum.
akhir Pengalaman Pertama Hubungan Sex
Dia mengambil baju basketnya dan mengelap cucuran keringat pada wajahku, saya benar-benar kagum padanya, “Baik banget nih cowo”, pikirku. Seperti sudah mengerti, saya jongkok di hadapannya, lalu mulai mengelus-ngelus penisnya, sambil sesekali menjilati dan menciuminya, saya juga tidak tahu bagaimana saya bisa bereaksi seperti itu, yang ada di pikiranku hanya membalas perbuatannya padaku, dan cara yang kulakukan ini pernah kulihat dari salah satu film yang pernah kutonton.
Indra hanya meregangkan badannya ke belakang sambil mengeluarkan suara-suara yang malah makin membuatku ingin memasukkan penisnya ke dalam mulutku, tidak berapa lama kemudian saya memegang pangkal kemaluannya itu dan mulai mengarahkannya masuk ke dalam mulutku, terasa benar ujung penisnya itu menyentuh dinding tenggorokanku ketika hampir semua bagian batang kemaluannya masuk ke dalam mulutku, lalu saya mulai memainkan penisnya di dalam mulutku, terasa benar kemaluanku mulai mengeluarkan cairan basah lagi, tanda kalau saya sudah benar-benar terangsang padanya.
GRATIS DOWNLOAD FILM BLUE TERBARU HANYA DI xxx.dunhil.org
Kira-kira 5 menit saya melakukan oral seks pada Indra, tiba-tiba badan Indra yang sudah basah dengan keringat itu mulai bergoyang-goyang keras sambil ia berkata, “aarghh.., Saya udah gak tahan lagi nih Shin.., Saya mau keluarr..”.
Saya yang tidak benar-benar memerhatikan omongannya itu masih saja terus memainkan penisnya, sampai kurasakan cairan hangat kental putih dan agak asin keluar dari lubang kemaluan Indra, saya langsung mengeluarkan penisnya itu dan seperti kesetanan, saya malah menelan cairan spermanya, dan malah menghisap penisnya sampai cairan spermanya benar-benar habis. Saya duduk sebentar di bangku kelas, dan kuperhatikan Indra yang tiduran di meja sambil mencoba memelankan irama nafasnya yang terengah-engah.
Saya hanya tersenyum padanya, lalu Indra bangun dan menghampiriku, Dia juga hanya tersenyum padaku. Cukup lama kami berpandangan dengan keadaan bugil dan basah berkeringat.
“Kamu cantik dan baik banget Shin”, katanya tiba-tiba. Saya hanya tertawa kecil dan mulai mencium bibirnya. Indra membalas dengan nafsu sambil memasukkan tangannya ke dalam lubang kemaluanku. Cukup lama kami bercumbu, lalu ia berkata, “Shin.., boleh nggak Saya emm.., itumu..”.
“Itu apa Ndra?”, tanya saya.
“Itu.., masa kamu gak tahu sih?”, balasnya lagi.
sebelun saya menjawab, saya merasakan kepala batang kemaluannya sudah menyentuh bibir kemaluanku. “Crestt.., creest”, terasa ada yang robek dalam kemaluanku dan sedikit darah keluar.
Kemudian Indra berkata, “Shin kamu ternyata masih perawan!”, saya hanya bisa tersenyum dan merasakan sedikit perih di kemaluanku terasa agak serat waktu setengah kemaluannya masuk ke vaginaku. Digerak-gerakan perlahan batang kemaluannya yang besar tapi setelah agak lama entah mengapa rasa sakit itu hilang dan yang ada hanya ada rasa geli, nikmat dan nikmat ketika Indra menggoyangkan badannya maju mundur pelan-pelan saya tidak tahan lagi seraya mendesah kecil keenakan. Kemudian semakin cepat saja Indra memainkan jurusnya yang maju mundur sesekali menggoyangnya ke kiri ke kanan, dan dipuntir-puntir putingku yang pink yang semakin membuatku menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar ke daratan.
Keringat sudah membasahi badan kita berdua. Saya sadari kalau saat itu tindakan kita berdua bisa saja dipergoki orang, tapi saya rasa kemungkinanya kecil karena kelas itu agak terpencil. “Ahh.., ahh.., ahh”, saya mendesah dengan suara kecil karena takut kedengaran orang lain. Kulihat wajah Indra yang menutup matanya dan terenggah-engah nafasnya.
Cukup lama juga Indra bermain denganku, memang benar kata orang kalau atlet itu kuat dalam bersenggama. “Ahh.., awww.., aww”, geli dalam lubang kemaluanku tidak tertahankan. Tiba-tiba kurasakan sesuatu yang lain yang belum pernah kurasakan, cairan hangat kurasakan keluar dari dalam vaginaku.
Oh, itu mungkin yang kata orang orgasme pikirku. Badanku terasa rileks sekali dan mengejang. Mulutku ditutup oleh Indra mungkin ia takut kalau saya mendesah terlalu keras. Meja kelas yang agak tua itu bergoyang-goyang karena ulah kita berdua. Saya masih merasakan bagaimana Indra berusaha untuk mencapai puncak orgasmenya, lalu ia duduk di bangku dan menyuruhku untuk duduk di kemaluannya. Saya menurut saja dan pelan-pelan saya duduk di kemaluannya. Indra memegang pinggulku dan menaik-turunkan diriku. Saya belum pernah saya merasakan kenikmatan yang seperti ini. Saya mendesah-desah dan Indra semakin semangat menaik-turunkan diriku. Lalu badan Indra mengejang dan berkata, “Shin saya mau keluarr”, sekarang malah giliranku yang semangat memacu gerakan tubuhku agar Indra bisa juga mencapai klimaksnya, tapi lama Indra mengeluarkan penisnya dan terdengar ia mendesah panjang, “Ahh Shin.., Saya keluar”. Kulihat air maninya berceceran di lantai dan sebagian ada yang di meja. Lalu kami berdua duduk lemas dengan saling berpandangan. Ia berkata, “Kamu nyesel yah Shin?”, saya menggeleng sambil berkata, “Nggak kok Ndra.., sekalian buat pengalaman bagiku.”
Saya teringat kalau orang-orang di luar kelas sangat banyak yang menonton pertandingan, lalu saya buru-buru mengenakan pakaian dan menyuruh Indra juga untuk memasang pakaiannya. Sebelum keluar dia bertanya padaku, “Shin kapan kita bisa ‘begituan’ lagi?”, dan saya menjawab “Terserah kamu Ndra”.
“Tapi nanti setelah pertandingan selesai kamu tunggu Saya yah di pintu gerbang lalu nanti kita jalan jalan..”, Ia tersenyum dan mengangguk lalu kami berdua keluar kelas dan sengaja berpisah.
Langganan:
Postingan (Atom)