RSS
Facebook
Twitter

Pesta Sex yang Menggairahkan



Anna dan Farid menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini.

Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul enam malam dan melihat Sinta telah ada di sana. Farid mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek.

Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya.

Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran.

Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Farid untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku.

Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.

Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut. Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga.

Anna menyetel musik klasik, sedangkan Farid mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya.

Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus.

Lihat nggak tuh Sin? Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Farid, Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi hi.hi Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku.

Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum.

Farid melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekatiku. Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya.

Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Farid. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Farid menekan payudara Sinta.

Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Farid mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Farid sambil dimesrai begitu.

Lalu bibir Farid turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Farid di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Farid.

Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Farid melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Farid. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu. Farid lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai.

Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Farid dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Farid membukai ikat pinggang dan risleting celana Farid.

Maka terlepaslah celana Farid, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman.

Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Farid mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Farid dan mengelus-elus penis Farid dari luar celana dalamnya.

Kisah Sex – Pesta Sex Menggairahkan

Lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Farid terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Farid mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Farid pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya.

Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Farid yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan.

Farid, ayo sayang .. ooooohhhh Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh nikmat sekali .. aaakkkhhhh Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Farid berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta.

Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta. Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Farid dan Sinta, lalu mencium bibirku.

Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku.

Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, Ayo dong Gus? Tenang sayang kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka.

Kami tak pedulikan lagi Farid dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku. Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang? tanya menggoda sambil berbaring.

Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu jawabku sambil mendekati dirinya. Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya.

Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang.

Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Farid barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari.

Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya.

Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depanku.

Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Sinta dan erangan Farid. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.

Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg! pintanya. Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya.

Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang.

Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. Ahhhh .. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa sayangkuuuuu. Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang.

Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri.

Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, Aaaaahhhhhh .. oooooggghhh Penisku terasa diguyur cairan di dalam.

Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya.

Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi. Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku.

Di ruang sana tak terdengar lagi suara Farid dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna.

Kubuka kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan.

Sedangkan Farid kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Farid meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali.

Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, Kenapa, sayang? Sakit ya? tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku.

Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna.

Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan Uuuuhhhh aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun.

Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Farid kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.

Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.

Farid masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut Farid dan meminta Farid menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Farid menoleh sekilas ke arah Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya.

Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu.

Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya. Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi.

Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna.

Anna yang ada di atas Sinta kini, menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya.

Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya, sedangkan Farid dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.

Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg.. oooohhhh, nikmatnya desahnya memohon. Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri.

Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman, dan Farid meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian.

Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar. Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang.

Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna.

Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya. Farid masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu.

Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku, sementara Farid meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya. Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.

Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia! katanya memerintah kami berdua.

Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Farid memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar.

Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya katanya protes. Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi? gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta.

Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya.

Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya.

Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Farid pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya.

Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna. Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan.

Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa.

Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, Tante Annnnaaaaa, aku dapet aaahhhhhh nikmattt sssshhhhh . ooouuugghhh aaaakkkhhh. Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh sadis deh Tante!! katanya.

Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Farid. Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut.

Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Farid mengambil tempat di samping mereka berdua. Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan.

Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya.

Farid masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta.

Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Farid paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus.

Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan. Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Farid. Farid yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku.

Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik, Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya. Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk.

Kemudian kuraih tubuh Anna, Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya.

Cerita Sex – Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Farid mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna, bergesekan dengan penis Farid yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam.

Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.

Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Farid dan pantat Anna. Farid memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna.

Aku dan Farid menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya, Farid mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua.

Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat.

Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya. Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat.

Auuuhhh. Ooooohhhhh. gila.. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh.. sssshhhhh .. aakkkkhhhh rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya.

Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya.

Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Farid bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta. Sementara kedua tangan Farid masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan.

Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek. Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme.

Farid menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme.

Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya. Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna.

Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan.

Farid berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta. Tangan Farid bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Farid.

Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Farid pada vaginanya. Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya.

Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya.

Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik. Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi.

Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.

Ooooooooogggghhhhhhhh Gussssss . Uuuhhh Ssssshhhhh . Sintaaaaa Aaaahhhhhh!!! teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku. Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya.

Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku. Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna.

Sinta pun merintih,Tanteeeee aku . juga dapeetttt nicchhhh . oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm pujiannya keluar memuji perbuatan Farid terhadap dirinya. Farid mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.

Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Sinta memeluk Farid yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Farid dengan kuatnya.

Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Farid, aku dan mereka berdua satu sama lain.

Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, Tak apa, sayang.

Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu. Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB.

Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu.

Namun siangnya, usai makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Farid dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka.

Sinta seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang.

Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Farid dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua.

Lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku, sedangkan Farid membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku.

Wanita SPG Yang Seksi



Ini kisah pribadiku yang aku coba ingat-ingat lagi setelah lebih dari 2 tahun berlalu.. Nama yang tercantum di sini jelas aku samaran ya.. Mudah-mudahan cukup menarik.. Tahun 2012 pameran komputer di JHCC memasuki hari terakhir, makanya pengunjung sangat padat sekali hari Minggu itu.. Aku sempatkan untuk melihat pameran karena perusahaanku sedang membangun sistem informasi dan jaringan komputer baru, setelah sistem yang lama dirasakan tak mampu lagi untuk mengakomodasi beban pekerjaan yang makin meningkat dengan bertambahnya product line baru.

Sebagai Direktur Umum sebenarnya aku bisa saja menugaskan Purchasing Manager dan IT Manager untuk melihat pameran tersebut dan merekomendasikan jaringan dan peralatan baru yang bisa kami akuisisi. Tapi memang dunia komputer telah menarik perhatianku sejak dulu, sehingga aku sempatkan waktu liburku untuk melihat sendiri pameran ini.. Beberapa stand telah aku masuki dan lihat, untuk mengetahui produk yang mereka jajakan dalm pameran ini, terakhir aku mampir ke stand ACER untuk melihat jajaran notebook baru yang mereka tampilkan. Aku sedang memperhatikan spesifikasi sebuah notebook, ketika bau harum parfum menerpaku..

Salah seorang SPG ACER menghampiri dan menyapaku. “Siang pak, ada yang bisa saya bantu nih..?” sapanya dengan suara yang renyah.. Aku segera menoleh dan mencoba untuk memperhatikannya lebih sekasama.. Wajahnya yang cantik dengan senyuman yang menawan dikembangkanlagi..”Pak ini produk baru lho pak, diskonnya 20% hari ini terakhir pak,” ujarnya ramah sambil makin mendekatkan tubuhnya kearahku.. Wangi tubuhnya semakin terasa “Iya nih, aku lagi lihat-lihat aja dulu ya..” ujarku sambil mencari kesempatan untuk memperhatikan sosoknya..

Tubuhnya tidak terlalu tinggi, kutaksir sekitar 160 cm, tapi selain wajah cantiknya, ada dua hal lagi yang membuatku tertarik; yaitu kulitnya yang putih dan tonjolan didadanya yang sangat membusung, aku yakin ini pasti ukuran 36b minimal.. “Bapak ada kartu namanya?” tanyanya ramah.. “Oh, ada bentar aku ambil dulu ya..” ujarku seraya mengeluarkan dompetku dan mengambil kartu namaku..

Dia mengamati nama dan jabatanku, kemudian dengan senyum makin mengembang dia dia menambahkan..”Wah bapak perlu buat pribadi atau perusahaan nih..” tanyanya ramah.. “Ya jelas untuk perusahaan lah kalau komputer non, kalau pribadi ya ama kamu aja..” candaku.. “Iiihh… bapak genit ah..” katanya sambil menahan senyum dan “Ini kartu namaku pak, nomor hapeku ada dibelakang ya..” sambungnya.

Kuperhatikan kartu namanya..hemm..”Ranggi nama yang indah, seindah orangnya nii..” ujarku, dan Ranggi tersenyum manis “Bapak jago nih kalau ngerayu,” katanya.. “Okay Ranggi, nanti kalau jadi aku hubungi kamu ya..” kataku seraya menjabat tangannya yang empuk banget dan nampak buah dadanya yang terguncang saat itu.. “Bener lho pak, jangan lupa ya ama Ranggi,” ujarnya.. “Pak kalau Ranggi telpon bapak kapan-kapan ga papa kan pak?” tambahnya.. “Tentulah non, untuk orang secantik kamu, kapan aja pasti aku terima..”candaku lagi.. “Makasih pak..” Hari Senin pagi jam 7.30 aku sudah sampai dikantorku setelah mengantar anakku masuk sekolah di daerah Kebayoran..

Kantorku di kawasan Sudirman masih sepi karena memang kantor masuk jam 8.00, hanya office boy yang masih sibuk membersihkan ruangan Departemen Umum yang telah datang.. Aku sedang duduk membaca koran dan menikmati kopi ketika hapeku berdering nyaring.. “Haloo, benar saya bicara dengan pak Iwan?” suara bening dan empuk menyapaku.. “Iya benar, ini dari siapa ya?” tanyaku, sambil mengingat-ingat nomor ini.. “Ya, bapak gitu deh..

Masa nomor Ranggi dilupain siiihh” seru manja suara diseberang.. “Oohh kamu Ranggi, bukan aku lupa, tapi aku belum sempet masukin nomor kamu ni…” ujarku.. “Pak, bapak sibuk gak hari ini? Kalau tidak, boleh dong Ranggi mampir nanti siang.. Ada yang Ranggi mau bicarakan ama bapak..” pintanya masih dengan suara manja.. “Ya udah, kamu datang aja pas jam makan siang. Nanti sambil kita makan siang bareng aja, kamu omongin keperluan kamu ya..” kataku.. “Baik pak, makasih lho boleh ngrepotin bapak..” balasnya.. “On-time ya, jangan telat ..”kataku..

Jarum jam menunjukkan pukul 11.55 ketika salah seorang stafku mengetuk pintu kamarku.. “Masuuukk..” kataku.. “Pak ada tamu mau menemui bapak, namanya Ranggi..” kata stafku, “Oh ya, suruh masuk aja..” ujarku.. Tak lama kemudian sebuah wajah cantik menyembul dari sela pintu yang tak tertutup..”Siang pak Iwan..” sapa Ranggi.. “Masuk Ranggi, kita duduk di sofa aja ya..” kataku seraya bangkit menuju sofa di depan meja kerjaku..

Ranggi mengenakan setelan blouser dan celana panjang resmi, beda dengan seragam SPG ACER yang seksi kemarin dia kenakan.. Tetapi blouser itu tak mampu menyembunyikan tonjolan buah dadanya yang besar dan sangat seksi, walau dia nampak sedikit resmi dengan bajunya saat ini.. “Wah, kantor bapak enak bener ya..” ujarnya memperhatikan sekeliling ruanganku.. “ Aaahh..bisa aja kamu..” ujarku..”Ayo kamu temenin aku makan siang dideket sini yoo…” “Baik pak..” ujarnya.. Kuarahkan mobil kearah selatan dan setelah melewati daerah macet disekitar Tendean kumasukan mobil kehalaman sebuah hotel bintang tiga.. “Sapi lada hitam di restorannya enak Nggi..” ujarku lembut, mencoba menenangkan wajahnya yang bertanya-tanya.. “Oh..begitu pak,” jawabnya dengan suara yang agak serak..

Setelah kuserahkan mobil kepetugas parkirnya, kuajak Ranggi masuk kerestoran melewati resepsionis.. Setelah memsan makanan, mulai kutanyai Ranggi tentang keperluannya.. “Ya udah sambil menunggu makanan kita, kamu bisa cerita keperluan kamu..” “Begini pak, sebenarnya saya malu ngrepotin bapak, tapi saya bener-bener lagi butuh ni pak,” ujarnya pelan dengan suara agak memelas.. Aku diam saja,memberikan waktu kepadanya untuk meneruskan ucapannya.. “Kalo bapak bisa dan perlu, saya mau pak jadi sekretaris bapak. Saya lihat tadi bapak belum punya sekretaris..” “Oo..begitu toh non..Kalo gitu kamu siapin CV kamu dong..”ujarku.. “Ini pak,”tukasnya capat sembari membuka tas dan menyerahkan sebuah amplop besar.. “Okay, sekarang kita makan dulu, nanti kita lanjutin ya.. Mudah-mudahan aku bisa bantu kamu..” ujarku, sambil mulai memikirkan cara untuk menenangkan adikku yang dari tadi sudah keras melihat tonjolan buah dada di balik blouser Ranggi..

Setelah makan, aku bilang ke Ranggi mau ke Rest Room dulu; padahal aku segera menuju Receiptionist untuk membuka kamar dan mengambil kunci.. Segera kau kembali untuk membuatnya tak curiga karena menunggu terlalu lama.. “Nggi bentar lagi ada klien dari Surabaya mau ketemu aku, nanti kamu dampingi aku yaa.. Sekalian aku mau lihat kemampuan kamu dalam praktek langsung,” ujarku tegas.. “Siap pak,” jawabnya seraya menyelesaikan makan siangnya.. “Ayo kita keatas, sambil nunggu dia datang aku bisa wawancara kamu dulu..”kataku. Dia hanya diam sambil berjalan perlahan dibelakangku, seraya kupijit tombol lift..

Sampai di lantai 5, segera kucari kamar 536 dan kubuka pintunya.. “Ayo masuk aja Nggi, lebih enak kita ngobrol dan wawancara disini sambil nunggu klienku..”ujarku.. Kusetel AC ke angka 27 derajat, supaya nanti dia merasa kepanasan dengan blouser tebalnya, dan melepasnya.. “Coba sekarang kamu ceritakan tentang diri kamu yang detil, nanti baru aku wawancari kamu,” seraya kubaca CVnya.. Dia dengan hati-hati mulai menceritakan tentang dirinya, sembari sesekali kucuri pandang kearah tonjolan didadanya.. Ternyata dia hanya part-timer saja kerja sebagai SPG, sembari mencoba mencari kerja full time sebagai sekretaris, sesuai dengan pendidikannya..

Sudah lebih 5 bulan ini dia mencoba, tapi belum berhasil juga. Padahal tabungannya sudah menipis dan dia sudah dikejar oleh ibu kosnya untuk membayar tunggakan kosnya 2 bulan, karena dia mendahulukan untuk membayar SPP dua adiknya.. Kedua kakaknya memang telah menikah, tapi kondisi keuangan mereka tak dapat diharapkan untuk membantu biaya sekolah adik-adiknya. Oleh karena itu dia sangat membutuhkan pekerjaan tetap saat ini, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk kelangsungan sekolah kedua adiknya.

Setelah beberapa saat, Ranggi merasa kepanasan dan butir keringat mulai terlihat di dahinya.. “Kamu kepanasan ya.. Sorry Nggi aku agak gak enak badan, jadi AC aku setel segini..” ujarku. “Kamu copot aja blouser kamu itu, biar lebih nyantai dan sejuk..” “Iya pak,” ujarnya seraya melepas blousernya, dan nampaklah pemandangan indah yang kutunggu-tunggu dari tadi..

Bahan sejenis kaus yang agak ketat dan tipis, membuatku sedikit terperangah, tapi dengan cepat aku sembunyikan sambil pura-pura tak melihat tonjolan buah dada yang begitu besar dan indah membayang dibalik kaus ketatnya.. Kugeser posisi dudukku, karena adikku sudah sangat tegang dan dalam posisi yang sangat tak nyaman..

Kuambil notebook dari tasku, dan kusuruh Ranggi menghidupkannya dan coba membuat surat penolakan untuk seorang penyedia barang.. “Wah komputer bapak canggih sekali, ini tombol onnya dimana ya pak?” tanyanya.. Aku berdiri dan pindah duduk di sebelahnya, ketika semerbak bau wangi parfum bercampur keringatnya menerpaku.. “Sini kamu lihat ya Nggi,” ajakku untuk mendekatiku dan melihatku membuka notebook Fujitsuku yang baru.. Ranggi duduk merapat di sebelah kananku, ketika aku mulai membuka notebook dan memulai program Word.. Ketika dia semakin merapat, dengan gerakan sangat natural kugerakkan sikuku kebelakang hingga menekan tonjolan buah dadanya yang seksi. Uuuhhh… empuk sekali buah dadanya..

Refleks dia menarik tubuhnya kebelakang utuk menghindari lenganku, dan dengan wajah tanpa dosa kusuruh dia mulai mengetik surat itu.. Meja didepan sofa tempat kami duduk memang sangat rendah, sehingga dia terpaksa sedikit agak membungkuk untuk mengetik surat itu.. Aku rapatkan dudukku kearahnya, sambil pura-pura melihat dia mengetik dari samping agak dibelakang kepalanya, padahal pandangan mataku jatuh kebelahan buah dadanya yang nampak sangat merangsang.. Gerakannya mengetik membuat buah dadanya berguncang, dan ini membuat penisku makin tegang.. Setelah beberapa saat, aku tidak kuat lagi untuk menahan tangganku untuk tidak menyentuh payudaranya yang sangat seksi itu..

Dari samping kepalanya tanganku menjulur dan menyeruak masuk kedalam kaus ketatnya, mencoba menyentuh dan meremas bongkahan buah dada yang sangat merangsang itu.. Ranggi tidak menyangka atas gerakan tanganku, dan untuk beberapa saat dia terpana sehingga tanganku berhasil masuk kebalik kausnya dan meremas buah dadanya.. Ketika dia tersadar, dia berusaha bangkit dari sofa; tapi gerakan tangan kananku cepat meraih pinggangnya dan menariknya hingga terjatuh kepangkuanku.. “Kamu mau pekerjaan ini, atau tidak Nggi?” ujarku sambil tetap memeluk pinggangnya dengan tangan kananku, dan tangan kiriku masih berada dalam kausnya meremas-remas buah dadanya yang besar itu.. “Atau kamu mau membiarkan kedua adikmu berhenti sekolah?” Perlawanannya melemah ketika mendengar perkataanku, dan kembali tangan kiriku bergerilya dibalik kaus ketatnya, mencoba masuk kebalik BH-nya.

Dia menggelinjang ketika tanganku berhasil menyentuh putingnya.. “Uugghhh..pak Iwan, jaangaann dong pak..” ujarnya lirih.. Aku tak menggubris keberatannya, malah tangan kananku segera mencoba untuk merebahkan tubuhnya ke sofa.. Ketika tubuhnya berhasil aku rebahkan di sofa, segera kedua tanganku menarik kaus ketatnya keatas, dan menyembullah bongkahan daging kenyal yang masih tersembunyi di balik BH hitamnya yang sangat kontras dengan kulitnya yang putih sekali.. Kutindih tubuhnya dan segera wajahku terbenam di antara dua bongkah putih payudara yang sangat merangsang itu.. Kupegang kedua tangannya dengan tanganku, dan dengan menggigit pinggiran BH-nya kucoba untuk menariknya ke atas.. Yesss..akhirnya menyembullah dua buah dada yang putih, bulat, dan membusung..

Ranggi masih berusaha mendorong tubuhku yang tepat berada di atasnya, tapi kuncian posisi yang kuciptakan berhasil untuk melemahkan perlawanannya.. Akhirnya dia membiarkan saja ketika mulutku segera menerkam payudaranya yang putih, bulat, dan tegak menantang.. Putingnya yang berwarna sawo matang dengan pucuk yang agak kecil segera terbenam dalam mulutku.. “Eerrggghhh…” erang Ranggi ketika ujung lidahku mulai mempermainkan putingnya.. Wajahnya yang cantik nampak berusaha menahan rangsangan yang timbul ketika mulut dan lidahku bergantian menyerang kedua buah payudara indahnya, dan bulir-bulir keringat makin banyak muncul didahinya.. Melemahnya perlawanan Ranggi kugunakan untuk membuka kancing BH-nya, dan ketika berhasil, segera kuangkat kausnya melewati kepalanya.. Akhirnya aku berhasil menelanjangi bagian atas tubuh Ranggi.. Kembali lagi mulut dan lidahku menerkam buah dada kiri Ranggi dan mengulum serta mempermainkannya dan putingnya menjadi sentral kulumanku, sembari telapak tangan kananku mulai meremas buah dada kanannya dan jariku mempermainkan putingnya yang indah..

Sepuluh menit berlalu dan rangsangan yang kutimbulkan ternyata menguras habis tenaga Ranggi, sehingga dia tidak menyadari ketika tanganku berhasil membuka kaitan celana panjang yang dia kenakan.. Dia masih berusaha menahan rangsangan yang timbul dari kuluman dan isapanku pada kedua buah dadanya, ketika tangan kananku mulai menarik turun celana panjangnya.. Ketika sampai kedekat tumitnya, segera kugunakan kakiku untuk mendorongnya lepas.. Indah sekali tubuh Ranggi, ketika tinggal celana dalam hitamnya tertinggal melekat di tubuhnya.. Sambil tidak mengurangi seranganku pada kedua buah dadanya, segera jari-jariku menyusuri pinggiran celana dalamnya sambil mencoba memasukkan jari tengahku kebalik celana dalamnya.. Heemmm…ternyata vaginanya sudah mulai basah ketika jari tengahku berhasil menyentuhnya.. Berarti dia mulai terangsang dengan seranganku..

Kucoba untuk mencari klitorisnya, dan ketika jari tengahku berhasil mencapainya terdengar kembali erangan lemahnya “Aarghhh..paaakk..” Wajahnya terdongak keatas ketika jariku mulai mempermainkan klitorisnya dan erangannya makin merangsangku untuk menyerangnya di kedua titik lemahnya.. Ketika Ranggi makin tak mampu menahan rangsangan yang menyerangnya, kugerakan tanganku untuk mencoba melepaskan lapisan terakhir yang menghalangi.. Perlahan berhasil kutarik hingga lututnya, dan karena aku konsentrasi untuk melepaskan celana dalamnya, maka seranganku pada buah dadanya agak mengendur.. Kesadarannya sedikit pulih, saat aku mendorong turun celana dalamnya dengan kaki kananku.. “Paakk..jangaann…pakk…” erangnya kembali sambil berusaha mendorong tubuhku.. Kuhentikan usahaku untuk melepaskan celana dalamnya, dan kubiarkan tertinggal ditumitnya, ketika aku mulai kembali mengisap puting kanannya dan jariku memutar-mutar puting kirinya.. Erangannya terdengar makin kuat.. “Aarrrgghh…uuugghhh…paaaakk..” Setelah dia kembali tenggelam dalam rangsangan yang kutimbulkan, dengan kaki kananku segera kudorong lepas celana dalamnya melewati tumitnya.. Wahh…memang indah benar tubuh calon sekretarisku ini dalam keadaan telanjang bulat.. Bulu-bulu hitam membasah yang menghiasi vaginanya sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih bak pualam…

Perlahan sambil mengubah posisiku menduduki tubuh Ranggi, kulepaskan kemejaku dan segera kembali kuserang payudaranya sebelum dia menyadari tubuh atasku sudah telanjang.. Sambil terus mengulumi payudara indahnya, perlahan kulepaskan celana panjang sekaligus celana dalamku.. Akhirnya tidak ada lagi yang menghalangi tubuh telanjang kami berdua, untuk langsung bersentuhan kulit ke kulit.. Tak terasa butuh waktu hampir 45 menit untuk berhasil menelanjangi tubuh calon sekretarisku yang cantik ini, dan perlawanannya semakin melemah.. Keringat telah banyak membanjiri tubuh kami berdua.. Jari tangan kananku kembali mempermainkan klitorisnya yang sudah sangat basah, dan kucoba untuk masuk lebih dalam lagi kedalam vagina Ranggi.. Uugghhh..masih peret sekali vaginanya.. Kurenggangkan kedua belah pahanya, dan mulai kutempatkan kepala penisku diantara belahan pangkal pahanya.. Ketika mulai menyentuh mulut vaginanya, segera kugosok-gosokan kepala penisku dan kucoba untuk menekannya masuk..

Ranggi menyadari adanya benda yang mencoba masuk kedalam vaginanya, “Paakk..jangaann paak..” erangnya lemah..” Aku masih perawaann paaakk..” suaranya membisik lemah sambil mencoba untuk menghindari masuknya penisku dengan menggeser pinggangnya.. Segera kugeserkan pinggangku menyejajari gerakan pinggangnya, sambil kupegangi pinggangnya dengan tangan kiriku, kuarahkan kembali penisku dengan tangan kananku kearah vaginanya.. “Udaahh Nggi.. Kamu mau pekerjaan ini atau tidak sihh..” suaraku tegas sambil tidak melepas kunciankupada pinggangnya.. Perlahan kembali kutekan kepala penisku masuk kevagina Ranggi, dan akhirnya berhasil masuk bagian kepalanya.. Kugoyangkan dengan gerakan memutar untuk memperlebar vagina Ranggi yang ternyata masih benar-benar perawan nampaknya.. Kutekan lagi penisku, dan kali ini berhasil masuk setengahnya.. Cengkeraman vagina Ranggi sangat luar biasa rasanya, membuat penisku seakan dicengkeram erat kedinding vaginanya.. Wajah Ranggi seakan menahan sakit bercampur nikmat yang luar biasa, ketika kembali kugerakan penisku memutar untuk memperlebar vaginanya.. Kucoba untuk mencium bibirnya yang mungil, sembari tanganku meremas-remas buah dadanya yang besar.. Kusedot dan kuhisapi bibirnya, dan lidahku akhirnya bisa menerobos masuk kedalam bibirnya..

Kusapu rongga mulutnya dengan lidahku, dan kemudian aku berhasil menyedot lidahnya dalam kuluman bibirku.. Usahaku ini berhasil untuk membantu mengurangi cengkeraman vaginanya yang sangat erat, dan akhirnya dengan sebuah tekanan yang kuat, penisku berhasil menembus benteng selaput keperawanan Ranggi dan amblas sepenuhnya dalam vaginanya.. Hangat sekali terasa dikulit penisku, ketika vagina Ranggi mendekap erat.. Kubiarkan sebentar sambil kuperhatikan kernyitan di dahi Ranggi, kurasa dia sedang berusaha menahan rasa perih akibat pecahnya selaput keperawanannya.. Butir keringat membasahi dahinya yang indah, dan kulihat dia menggigit bibir bawahnya.. Aahhh..cantik sekali kamu Ranggi..

Perlahan kugerakkan pinggangku mundur, dan dengan perlahan pula kutekan maju kembali.. Masih peret sekali kurasakan vagina Ranggi.. Perlahan kutambah kecepatan dan kekuatan tekananku, kernyitan di wajah Ranggi juga mulai menguap digantikan oleh erangan kenikmatan “Aahhh…aahhh….aahhh…” Semangatku semakin bertambah, dan semakin kencang pula aku memajumundurkan penisku.. Gesekan kulit penisku dengan dinding vagina Ranggi, membuat syaraf-syarafku terangsang dengan hebat.. Takut tak dapat menahan rangsang itu, kulambatkan gerakanku.. Dua puluh menit telah berlalu, Ranggi tak dapat menyembunyikan kenikmatan yang dia rasakan..

Erangannya makin sering terdengar, dan akhirnya memuncak dengan dekapan erat lengannya dipunggungku.. Kukunya yang tajam mencengkeram dan menusuk kulit punggungku, ketika akhirnya dia mencapai orgasmenya yang pertama.. Kuhentikan gerakanku untuk memberinya kesempatan menikmati orgasmenya, dan kucium lembut bibirnya sambil membiarkan penisku tetap terbenam dalam vaginanya.. Tak sadar dia membalas ciumanku, dan bibirnya lembut menyapu bibirku.. Tubuhnya lemas tergolek saat kulepaskan penisku dari dalam vaginanya.. Meleleh cairan kenikmatan Ranggi, bercampur dengan darah keperawanannya nampak membasah keluar dari vaginanya.. Kuambil tissue yang terletak dimeja kecil di samping tempat tidur, dan kuhapus lelehan cairan kenikmatan dan darah perawan Ranggi..

Kumiringkan pinggangnya ke kanan, dan kuangkat kaki kanannya ke atas sembari kembali kutekankan penisku masuk ke dalam vaginanya… Pantatnya yang putih indah mulai bergoyang saat aku mulai menggerakkan pinggangku maju-mundur.. Setelah cukup pelumasnya membasahi, kupercepat gerakanku.. Kuletakan kakinya dipundakku, dan sambil meremasi buah dadanya yang indah, kupercepat gerakan maju-mundur penisku.. Lima belas menit tak terasa, keringat makin membajiri tubuhku, sebagian jatuh menetes di pahanya.. Rangsangan membuat wajah cantik Ranggi nampak semakin seksi.. Kuletakkan kembali kaki kanan Ranggi, dan sembari dalam posisi duduk kuletakan kedua belah pahanya di atas pahaku.. Kembali kugerakkan pinggangku maju mundur, sambil memperhatikan buah dadanya bergoyang indah seirama dengan gerakan pinggangku.. Uuhhhh… indah sekali pemandangan ini, apalagi wajah cantik Ranggi sudah tak mampu lagi menyembunyikan kenikmatan yang dia rasakan..

Gerakanku makin cepat, dan akhirnya aku tak tahanlagi untuk tidak menerkam buah dada yang bergerak indah tadi dengan mulutku.. Sembari tidak mengurangi kecepatan gerakan pinggangku, kukulum dan kadang kugigit pelan buah dada Ranggi.. Rangsangan itu makin membara, dan akhirnya aku tak mampu lagi menahan kenikmatan itu.. Bebarengan dengan orgasme kedua Ranggi, yang ditandai dengan cengkeraman kuat kuku tangannya dipunggungku, kuhunjamkan keras penisku sampai kedasar vaginanya, saat aku mencapai puncak. Dan penisku menyemburkan sperma ke dalam vagina Ranggi hingga lima kali…

Tubuhku ambruk menindih tubuh Ranggi, terasa nikmat sekali saat dadaku menekan buah dadanya yang besar dan kenyal itu.. Peluh benar-benar telah membanjiri tubuh kami berdua, tumpah hingga kesprei kasur yang sudah nampak kusut sekali.. Dibeberapa bagian, kulihat ceceran darah perawan Ranggi tercetak jelas di atas sprei itu.. Setelah penisku mengecil, kulepaskan dan kurebahkan tubuhku disebelah tubuh indah Ranggi.. Sempat kulihat titik air mata mebasahi kelopak mata Ranggi, dan isakan tangisnya pelan terdengar.. Segera kuciumi rambut, dahi, dan akhirnya kelopak matanya yang basah oleh air mata, sembari kubisikan kata-kata untuk menenangkannya.. “Udahlah Ranggi, semua sudah terjadi..” “Kamu jangan takut ya.. Aku pasti akan bertanggung jawab koq..”

Kucium bibirnya yang masih terisak-isak, dan kudengar lirih suaranya..” Pakk..Ranggi udah gak perawan lagi.. Bagaimana nanti Ranggi mesti cerita ke pacar Ranggi paakk..?” “ Sudahlah Nggi, nanti kita pikirkan ya.. Pokoknya aku akan bantu kamu sepenuhnya.. Okay?” ujarku seraya membelai rambut yang jatuh didahinya, dan mengecup bibirnya lembut.. Belaian dan kecupanku berhasil membuatnya tenang, kupeluk tubuhnya yang masih telanjang dalam dekapan kedua tanganku.. Dia menyurukkan kepalanya dalam pelukanku, dan kutarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang kami berdua.. Tak lama nampak dia tertidur kelelahan dalam dekapanku.. “Ranggi…Ranggi..” desahku pelan, seraya terjatuh dalam pelukan tidur yang nikmat..